Kamis 03 Aug 2023 18:04 WIB

Kepala BMKG: Bencana Kelaparan Papua Tengah Akibat Dingin Ekstrem

Embun beku memicu tanaman mati yang dapat menyebabkan kelaparan.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Agus raharjo
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengonfirmasi bencana kelaparan di dua distrik di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, karena cuaca dingin ekstrem. Berdasarkan penelusurannya, kasus embun beku dan kekeringan memang sudah beberapa kali melanda wilayah pegunungan tengah Papua.

Di Kabupaten Puncak, lanjut dia, bencana serupa pernah terjadi pada 2003, 2005, 2015, dan 2002. “Bencana kelaparan terjadi karena tanaman pangan milik warga rusak akibat suhu dingin ekstrem,” kata Dwikorita di Jakarta, Kamis (3/8/2023).

Baca Juga

Secara umum, berdasarkan data curah hujan periode 1991-2020, lanjut dia, setiap Juni merupakan awal musim kemarau di Kabupaten Puncak dan Kabupaten Lanny Jaya yang masuk dalam Zona Musim (ZOM) 678. Pada zona musim ini, kemarau umumnya terjadi mulai Juni hingga September.

“Seperti kita ketahui, saat musim kemarau, dengan kondisi langit yang cerah karena sedikitnya awan, maka radiasi matahari dapat mencapai permukaan daratan dengan maksimal. Di malam hari, energi akibat penyinaran matahari tersebut dilepaskan oleh permukaan daratan yang menyebabkan suhu daratan menurun atau mendingin dengan cepat,” tutur dia.

Dia menjelaskan, Kabupaten Puncak dan Lanny Jaya juga didukung oleh faktor topografis yang berada pada ketinggian lebih dari 2.000 meter. Alhasil, suhu malam hari di musim kemarau dapat turun drastis hingga mencapai titik beku.

“Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena embun beku (frost) yaitu membekunya air embun di permukaan daratan. Pada wilayah pertanian, maka embun-embun yang berada di daun tanaman mengalami pembekuan yang kemudian mengganggu kesehatan tanaman karena tanaman mengalami kerusakan jaringan,” ujarnya.

Dia menjelaskan, jika fenomena embun beku berlangsung dalam beberapa hari atau pekan, tanaman akan mati dan hal ini dapat memicu bencana kelaparan. Hal ini, mengingat warga di dua kabupaten tersebut mengandalkan tanaman ubi-ubian dan jagung sebagai sumber pangan.

“Episode es ini biasanya terjadi dalam hitungan beberapa hari, tapi dapat terjadi beberapa kali dalam musim kemarau di lokasi dengan topografi yang tinggi seperti di Kabupaten Puncak, Papua,” ujar Dwikorita.

Khusus penanganannya, kata dia, biasa dilakukan dengan menyiram tanaman pangan atau hortikultura. Tujuannya agar embun beku tidak merusak kesehatan tanaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement