Selasa 01 Aug 2023 03:53 WIB

Modul Satuan Pendidikan Aman Bencana, Dukung Sekolah Tangguh Bencana

Anak-anak muda Indonesia yang tangguh perlu dimulai dari sekolah yang tangguh.

Anak-anak tetap bersekolah meski sekolahnya tertutup abu vulkanis imbas erupsi Gunung Merapi (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Anak-anak tetap bersekolah meski sekolahnya tertutup abu vulkanis imbas erupsi Gunung Merapi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Yayasan Plan International indonesia (Plan Indonesia) meluncurkan modul Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Ini merupakan salah satu implementasi dari Program Safe School, yang bertujuan untuk mendorong peningkatan kapasitas sekolah di Indonesia menjadi Sekolah Tangguh terhadap Bencana, sekaligus mempersiapkan satuan pendidikan termasuk pelajar dan guru dalam menghadapi berbagai ancaman bencana.

Dalam modul ini satuan pendidikan disiapkan menghadapi berbagai ancaman. Baik itu bencana alam dan iklim, ancaman kegagalan teknologi, ancaman bahaya biologis dan kesehatan, ancaman konflik dan kekerasan, hingga ancaman isu sosial seperti perundungan, kekerasan seksual, hingga ketidaksetaraan gender. Implementasi Modul SPAB Komprehensif ini menargetkan 144.435 pelajar di 176 SMA, SMK dan SLB, dan 107.275 pelajar SD dan SMP, termasuk 6.823 tenaga pendidik di dua provinsi di Indonesia, yakni DI Yogyakarta dan Bali selama 3 tahun. 

Baca Juga

Tenaga Ahli Seknas SPAB Kemendikbudristek RI Jamjam Muzaki mengatakan, untuk mendukung pemerintah dalam memaksimalkan aksi prefentif bencana dan kekerasan pada anak di sekolah, modul ini akan didistribusikan ke seluruh Indonesia melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, untuk menjangkau semua sekitar lima juta tenaga pendidik, modul ini akan diadaptasi dalam bentuk video pembelajaran yang akan dimuat pada platform Merdeka Mengajar yang dikembangkan pemerintah.

Menurut data Kemendikbudristek tahun 2019, tercatat sebanyak 52.902 sekolah berada di wilayah rawan gempa, 54.080 di wilayah rawan banjir, dan 15.597 berada di wilayah rawan longsor di Indonesia. Sementara itu, berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2022, Provinsi DI Yogyakarta dan Bali memiliki indeks risiko bencana dengan tingkat sedang, yaitu DI Yogyakarta sebesar 119,56 dan Bali sebesar 123,98. Tingginya risiko bencana di kedua wilayah tersebut mengakibatkan potensi dampak kerusakan bagi sekolah, tidak hanya terhadap infrastruktur bangunan dan akses, namun juga para pelaku pendidikan seperti pelajar dan guru, yang berpotensi meningkatkan kesenjangan kualitas dan daya saing sumber daya manusia. 

Merespons peluncuran modul SPAB, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) bersama Prudence Foundation mendukung hal tersebut. Chief Human Resources & Community Investment Officer Prudential Syariah Indonesia, Indrijati Rahayoe, menekankan komitmen Prudential dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk anak muda dalam menggapai hidup yang lebih baik melalui aksi nyata, salah satunya melalui berbagai inisiatif Community Investment. 

“Kami percaya bahwa anak-anak muda Indonesia yang tangguh perlu dimulai dari sekolah yang tangguh. Para pelajar dan guru perlu menjalani proses belajar mengajar dengan nyaman, aman, dan terlindungi, sekaligus mempersiapkan diri dari potensi bencana yang ada. Kami melihat implementasi Modul SPAB ini sebagai investasi jangka panjang yang strategis bagi kemajuan bangsa, karena turut mempersiapkan para pelajar dan guru dalam menghadapi berbagai ketidakpastian dengan lebih baik,” ujarnya dalam siaran pers. 

Senada dengan Indri, Direktur Prudence Foundation Nicole Ngeow menyebutkan pembangunan sumber daya manusia yang baik dan berdaya saing tinggi perlu didukung dengan lingkungan yang positif dan aman. “Keselamatan dan keamanan adalah kunci untuk memastikan proses belajar mengajar berlangsung baik. Untuk itu, para pelajar dan guru perlu dibekali dengan cara-cara yang efektif untuk menanggulangi terjadinya bencana dan kekerasan pada anak yang dapat menghambat proses pengembangan diri mereka. Kami bangga dapat turut mendukung implementasi SPAB ini, dengan harapan semakin banyak pelajar dan guru Indonesia yang tangguh dan aman, bahkan dalam keadaan darurat sekalipun,” katanya. 

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), kasus kekerasan anak melonjak cukup tinggi di 2022 hingga mencapai 4.683 aduan masuk sepanjang 2022. Berbagai kekerasan tersebut tak hanya secara fisik, tapi juga psikis, seksual, penelantaran, perdagangan orang, hingga eksploitasi.

Data tersebut membuktikan bahwa keamanan anak di sekolah tidak cukup dengan memitigasi risiko bencana akibat ancaman alam saja, namun juga diperlukan perhatian khusus terhadap isu sehari-hari, seperti perundungan, kekerasan seksual, hingga ketidaksetaraan gender. Tujuannya, agar lingkungan sekolah dapat menjamin anak-anak terbebas dari segala risiko yang ada dan bisa belajar dalam Satuan Pendidikan terhadap Aman Bencana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement