REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh menyebut produksi benih padi bersertifikat selama semester I 2023 di daerah itu hanya sekitar 750 ton. Angka ini turun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu akibat kekeringan pengaruh fenomena El Nino.
Kepala UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Distanbun Aceh Habiburrahman di Banda Aceh mengatakan, biasanya pada semester I, produksi benih padi di Tanah Rencong itu mencapai 1.000 ton–1.500 ton, dengan luas tanam sekitar 1.000 hektare. "Ini luas tanam hanya sekitar 500 hektare, dan benih pun yang baru kita keluarkan sertifikat sekitar 750 ton," kata Habiburrahman.
Ia menjelaskan, penurunan produksi benih padi bersertifikat di provinsi paling barat Indonesia itu disebabkan oleh dua hal yang krusial, yaitu dampak kekeringan akibat fenomena El Nino serta kurangnya daya serap benih padi dari penangkar melalui pengadaan benih oleh pemerintah. "Karena efek El Nino ini, orang lebih berhati-hati untuk penangkaran benih, jadi memang lebih menyiapkan untuk (padi) konsumsi," ujarnya.
Selama ini, kata Habib, benih padi dari para penangkar tersebut sekitar 85 persen diserap oleh pemerintah melalui program pengadaan benih padi, baik dari sumber dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun APBD provinsi atau kabupaten/kota. Namun, lanjut dia, tahun ini pengadaan benih padi dari pemerintah sangat kurang, sehingga membuat para penangkar benih di tengah masyarakat juga berkurang.
"Karena selama ini dominan pasar mereka adalah pemerintah. Malahan yang 750 ton ini, memang 80 persen cuma PT Sang Hyang Seri (Persero) yang serap, mereka bukan budidaya, tapi membeli benih dari penangkar kita," ujarnya.
Selama 2023, dia menambahkan, pihaknya menargetkan produksi benih padi bersertifikat di Aceh sebanyak 2.500 ton. Namun, dengan melihat kondisi ini, pihaknya memprediksikan produksi benih padi tersebut tidak akan mencapai target.
"Estimasi kita semester II nanti paling ada benih maksimal sekitar 800 ton, sehingga totalnya hingga akhir tahun antara 1.300 ton-1.500 ton, jadi tidak sampai target," ujarnya.
Apalagi, kata dia, dampak dari kekeringan akibat El Nino ini, petani juga disarankan untuk tidak memaksakan diri menanam komoditi padi, tetapi beralih ke varietas yang tahan terhadap kekeringan. "Kalau tidak cukup, jangan, dari pada tanam, kemudian usia tanaman seminggu atau sebulan sudah mati, puso, apalagi tahun ini peluang puso memang lebih besar," ujarnya.