Senin 24 Jul 2023 10:41 WIB

Huru-Hara Al Zaytun, Panji Gumilang dan NII KW IX: Mengapa Hukum Seperti Menggantung?

Ada apa dengan masalah Panji Gumilang, Al Zaytun, dan NII KW IX?

Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang.
Foto:

Oleh : Amirul Mukminin

Ketahuilah! Jamaah NII KW-9 meyakini Panji Gumilang itu sebagai rasul yang diutus untuk rakyat Indonesia dan wajib beriman dengannya. Mereka menganggap segala tuduhan yang dialamatkan kepada Panji Gumilang, seperti halnya tuduhan gila dan penyihir yang pernah dialamatkan orang-orang kafir Makkah kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Di mata Panji Gumilang dan jamaah NII KW-9, kerasulan tidak pernah terputus selamanya. Semua perkataan Panji Gumilang diyakini jamaah NII sebagai "sabda-sabda" yang wajib didengar dan ditaati sekalipun bertentangan dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits. Semua pemahaman dan pengamalan Islam pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para shahabat mereka anggap untuk zaman tersebut dan telah usang. Tidak aktual lagi untuk menghadapi tantangan dakwah pada zaman milenial saat ini.

MUI dan para da'i yang mengecam tindak-tanduk Panji Gumilang dan jamaah NII KW-9, mereka anggap seperti halnya ahli kitab. Pandai dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits, tetapi tidak bisa mewujudkan negara Islam. Hanya berteori saja. Hanya sibuk dengan shalat, zakat, puasa Ramadhan, haji, zikir, dan ibadah lainnya yang tidak dapat menyejahterakan rakyat Indonesia. Lebih jauh mereka menisbatkan MUI dan para da'i sebagai para penasihat Fir'aun. Bahkan, penjilat penguasa yang telah terlena dengan hidup nyaman dan tidak memiliki tantangan dalam berdakwah sebagaimana mereka.

Pemerintah dengan aparat penegak hukum di mata Panji Gumilang dan jamaah NII KW-9 dianggap seperti halnya Abu Jahal dan Abu Lahab, yang berencana akan membunuh dan membinasakan dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Untuk mendoktrin pemahaman tersebut kepada orang yang akan direkrut dan jamaahnya, Panji Gumilang dan para pejabat NII KW-9 menggadaikan firman Allah Ta'ala dengan tafsir versi hawa nafsu, "Mereka (pemimpin dan rakyat RI) hendak memadamkan cahaya Allah (Madinah NII) dengan mulut mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir (pemimpin dan rakyat RI) membencinya." (Ash-Shaff: 8).

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement