REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengaku tidak ingin gegabah dalam memilih calon wakil presiden untuk Pilpres 2024 mendatang. Kendati PKB sebagai rekan koalisi Gerindra dalam koalisi kebangkitan Indonesia Raya telah menyodorkan Ketua umumnya Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Pengamat dari lembaga Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, Prabowo dan semua poros politik saat ini sedang mencari cawapres paling ideal yang mampu meningkatkan elektabilitas dan mengunci kemenangan. Apalagi Prabowo telah menelan kekalahan tiga kali Pilpres sejak 2009, 2014 dan 2019.
"Prabowo sepertinya paham betul soal kekalahan 2014 dan 2019 ya. makanya PKB dibutuhkan, meskipun pada saat yang bersamaan persoalan cawapres belum tentu Muhaimin Iskandar," ujar Adi dalam keterangannya, Senin (10/7/2023).
Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini menilai, elektabilitas Muhaimin belum muncul dan tidak memberikan daya ungkit signifikan kepada Prabowo. Menurutnya, alasan ini yang kemudian menjelaskan kenapa Prabowo tak kunjung mengumumkan Muhaimin sebagai cawapres.
"Karena satu sisi Gerindra memang butuh PKB untuk mengkonsolidasi kekuatan politik Jawa Timur dan Nahdliyin tetapi persoalan cawapresnya, rumitnya PKB menyodorkan Muhaimin tetapi tidak kunjung diumumkan karena Muhaimin elektabilitasnya rendah,\" ujarnya.
Adi melanjutkan, bersamaan dengan itu justru muncul nama-nama lain yang relevan menjadi cawapres Prabowo, salah satunya Erick Thohir. "Maka disitu muncul nama nama seperti Erick Thohir yang dianggap relevan, nama ET yang belakangan sering disorongkan untuk berdampingan dengan Prabowo. Jadi rumit sebenernya dalam menentukan itu. Masih serba cair dan setelahnya masih serba mungkin," ujarnya.
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengaku tidak ingin gegabah dalam memilih cawapres. Itu disampaikan usai menyambangi kediaman Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar.
Ia menekankan, memilih cawapres merupakan proses yang harus dijalankan dengan demokrasi/ Artinya, ada pimpinan partai politik yang mewakili konstituen yang besar, termasuk dirinya mewakili konstituen yang besar. "Kita harus tenang, arif, tidak boleh gegabah, sembrono. Kita jalankan dengan baik, kita diskusikan dan buka hubungan baik dengan siapapun," kata Prabowo melalui rilis yang diterima Republika, Senin (10/7).