REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin merespon adanya prediksi negara anggota G20 kesulitan mencapai tingkat dekarbonisasi 12,9 persen yang diperlukan dalam membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Hal ini karena sembilan dari 20 negara besar justru menunjukkan peningkatan intensitas karbon selama setahun terakhir.
Kiai Ma'ruf pun menegaskan komitmen Indonesia untuk mencapai nol bersih emisi atau net zero emission pada 2060 tetap tidak berubah. "Komitmen Indonesia masih tetap sesuai dengan apa yang sudah kita rencanakan, tetapi seperti apa, kita coba (upayakan) penurunan itu, nanti akan kita evaluasi. Tapi, komitmen itu tidak berubah," ujar Wapres dalam keterangan persnya di sela kunjungan kerja ke Sumatra Selatan, Jumat (7/7/2023).
Kiai Ma'ruf mengatakan, Indonesia telah memiliki cetak biru yang mendukung kebijakan penurunan emisi karbon tersebut. Karena itu, langkah-langkah yang dilakukan akan searah dengan kebijakan tersebut.
"Ada capaian-capaian sendiri tanpa bantuan asing dan ada (capaian) dengan bantuan asing. Karena ada komitmen dari negara-negara maju untuk memberi semacam imbalan terhadap masalah penurunan karbon," ujarnya.
Sebelumnya, Pricewaterhouse Coopers (PwC) memprediksi, dengan perlambatan ekonomi global, sulit bagi negara anggota G20 untuk mampu mencapai tingkat dekarbonisasi 12,9 persen yang diperlukan dalam membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Menurut temuan Net Zero Economy Index PwC, laju dekarbonisasi harus jauh melampaui level sebelumnya agar dapat membatasi pemanasan global menjadi 1,5 derajat Celcius. Namun, banyak negara besar yang justru intensitas karbonnya mengalami kenaikan pada 2021.