Sabtu 01 Jul 2023 10:10 WIB

Mahasiswa UMM Ciptakan Beras Artifisial untuk Atasi Stunting

Kombinasi beras artifisial dan menu inovatif menjadi senjata menekan stunting.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ani Nursalikah
Petugas kesehatan menimbang berat badan balita saat layanan posyandu di Desa Doko, Kediri, Jawa Timur, Senin (18/6/2023). Pemerintah daerah setempat berupaya memantau pertumbuhan balita dengan menggalakkan posyandu guna deteksi dini stunting.
Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Petugas kesehatan menimbang berat badan balita saat layanan posyandu di Desa Doko, Kediri, Jawa Timur, Senin (18/6/2023). Pemerintah daerah setempat berupaya memantau pertumbuhan balita dengan menggalakkan posyandu guna deteksi dini stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Stunting masih menjadi salah satu masalah yang dihadapi masyarakat. Melihat fenomena itu, tim mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berinovasi dalam penggunaan beras artifisial dan menu inovatif sehingga angka stunting bisa ditekan. 

Salah satu anggota tim, Nisrina Nabila Nasywa, mengatakan ada lebih dari 3.601 balita di Kota Malang yang terindikasi stunting. Hal itulah yang mendorong mereka untuk menyusun inovasi Stunting Free Zone with Gen Z.

Baca Juga

Secara garis besar, timnya menggunakan beras artifisial yang terbuat dari bahan alami. Bahan-bahan yang dimaksud yakni tepung dari kacang-kacangan lokal seperti kacang tunggak, kacang koro, kacang merah, dan lain-lain. "Harapannya gizi anak-anak bisa terpenuhi dengan baik,” kata mahasiswa yang biasa disapa Riri tersebut.

Selain itu, ia dan tim juga mencanangkan pelatihan pembuatan menu inovatif, utamanya di wilayah Tlogomas. Masyarakat diajari membuat nugget dari tahu hingga mengubah sayur dan tempe. Hal ini bertujuan agar dapat menjadi makanan yang menarik bagi anak.

Kombinasi beras artifisial dan menu inovatif menjadi senjata timnya untuk menekan angka stunting. Makanan yang dimakan menjadi lebih bergizi dan bernutrisi utuh. 

Adapun pemilihan Tlogomas sebagai lokasi juga mempertimbangkan belum adanya pelatihan serupa selama ini. Sebab itu, timnya berharap pengetahuan ibu-ibu bertambah terkait makanan dan gizi bagi anak-anaknya.

Beberapa hal yang sudah dilakukan Riri dan tim adalah melakukan survei dari kelurahan ke kelurahan serta Posyandu. Sampai saat ini, mereka juga berhasil mendapatkan 21 mitra dan 7 Posyandu di daerah Tlogomas, Kota Malang. Timnya juga akan menggaet para dosen yang berkompeten untuk turut membantu memberikan khazanah ilmu baru, termasuk dosen Psikologi dan Teknologi Pangan.

Mahasiswa asal Bali tersebut berharap inovasi yang dilakukan timnya bisa menjadi jalan untuk mengurangi angka stunting. Menurut dia, program ini tidak akan berhenti meskipun sudah mendapatkan pengakuan melalui pendanaan Kemendikbud-ristek. "Tim berencana mengembangkan program ini ke berbagai daerah dan lokasi lain," ungkapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement