REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo menyampaikan alasan partainya berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Padahal, sebelumnya ia telah lebih dulu bersilaturahim dengan Partai Gerindra dan Partai Golkar.
Menurut dia, penjajakan antarpartai politik merupakan hal lumrah. Di samping itu, PDIP dipandangnya sebagai partai politik yang paling siap menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Namanya partai politik kan harus melakukan penjajakan-penjajakan dan pada akhirnya keputusan jatuh untuk bermintra kerja sama politik dengan PDI Perjuangan," ujar Hary di kantor DPP PDIP, Jakarta, Jumat (9/6/2023).
Kerja sama politik antara Partai Perindo dan dan PDIP diresmikan lewat nota kesepahaman yang diteken hari ini. Modal suara hasil Pemilu 2019 yang menjadi syarat presidential threshold menjadi modal kesiapan PDIP menghadapi kontestasi nasional.
"Jadi, ada satu kepastian untuk kita memulai suatu perjuangan, itu yang pertama," ujar Hary.
"Kedua, tentu saja filosifi ideologinya tentunya sama. Sama-sama landasannya adalah Pancasila, berjuang untuk kesejahteraan rakyat Indonesia," katanya melanjutkan.
Nota kesepahaman tersebut juga meresmikan sikap Partai Perindo dalam dukungannya kepada Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
"Kerja sama politik ini adalah kerja sama dalam kaitannya pilpres untuk mengusung Bapak Ganjar Pranowo memenangkan sebagai presiden Republik Indonesia pada 2024," ujar Hary.
Ia mengatakan, kerja sama tersebut juga dalam kaitannya untuk pemilihan legislatif (Pileg) 2024. Harapannya, partainya dapat lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold 4 persen. "Faktor untuk memenagkan itu banyak sekali, jadi tidak hanya media, tapi juga figur dari capresnya juga partai-partai pengusungnya yang bekerja sama secara taktis dan baik," ujar Hary.