Rabu 07 Jun 2023 07:20 WIB

Bappenas: Pertumbuhan Ekonomi di RI tak Ubah Struktur Sosial

Indonesia ingin mayoritas penduduknya berpendapatan menengah pada 2045.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam acara Rektor Berbicara Untuk Indonesia Emas 2045 di Gedung Bappenas Jakarta, Selasa (6/6/2023) sore.
Foto: Republika/Dian Fath Risalah
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam acara Rektor Berbicara Untuk Indonesia Emas 2045 di Gedung Bappenas Jakarta, Selasa (6/6/2023) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa, menyatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak serta merta mengubah struktur sosial.

"Kita ingin sebenarnya yang kita naikkan adalah mereka yang di level menengah bawah, bahkan di tingkat yang miskin, dan bahkan hampir miskin atau miskin sekali yang harus naik kelas. Kemudian, mereka mendapatkan peluang lalu masuk ke kelas menengah. Kita berharap 2045, (penduduk) Indonesia 80 persen itu adalah middle income," kata Suharso dalam acara Rektor Berbicara untuk Indonesia Emas 2045 bersama 21 Rektor Perguruan Tinggi Indonesia di Jakarta, Selasa (6/6/2023).

Baca Juga

Seperti diketahui, Indonesia berupaya menghapus kemiskinan ekstrem atau masyarakat dengan paritas daya beli di bawah 1,9 dolar AS per hari. Saat ini, ada sekitar 4,7 juta penduduk yang berada dalam kemiskinan ekstrem.

Berdasarkan perhitungan baru dari Bank Dunia, kategori miskin ekstrem menjadi 2,15 dolar AS per orang per hari. Jika mengacu hitungan tersebut, maka penduduk yang masuk kategori miskin ekstrem di Indonesia menjadi 6,7 juta atau meningkat dua juta orang.

"Kalau kita membaca dengan data-data statistik, ternyata sejak 2002 sampai tahun ini, kontribusi dari sektor industri manufaktur terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) turun drastis dan sekarang dekat di bawah 19 persen. Pada waktu jamannya Orde Baru, kita sampai bahkan mencetak sampai angka di angka 31 persen. Jadi, ada sesuatu yang perlu dibenahi," ungkap Suharso.

Dalam kesempatan yang sama, ia turut heran dengan fakta bahwa lama sekolah di Jawa Barat di bawah rata-rata nasional kendati banyak universitas ternama di provinsi tersebut. Pada 2005, rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia yaitu 7,3 tahun, dan saat ini mencapai 9,2 tahun atau hanya meningkat 1,9 tahun dalam waktu 17 tahun.

"Di Jawa Barat (rata-rata lama sekolah) di bawah 9,2 tahun, bayangkan. Kita punya universitas-universitas hebat, tapi ternyata seperti itu. Nah, ada yang salah, ini kenapa mereka tidak ikut serta? Tidak masuk, tidak terantaskan?" kata Suharso.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement