Kamis 01 Jun 2023 10:11 WIB

Tingkatkan Produktivitas Susu, FFI Kirim Peternak ke Belanda

Pengembangan produksi susu segar dihadapkan minimnya kepemilikan sapi perah peternak.

Kemenperin mendukung program FFI Young Progressive Farmer Academy dengan mengirim peternak sapi muda ke Belanda.
Foto: Dok Republika.co.id
Kemenperin mendukung program FFI Young Progressive Farmer Academy dengan mengirim peternak sapi muda ke Belanda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Dairy Development (DD) yang diinisiasi PT Frisian Flag Indonesia (FFI) berupaya memberdayakan peternak muda Indonesia. Program bertema 'Young Progressive Farmer Academy' diadakan untuk mengembangkan peternakan sapi perah Indonesia sekaligus menjawab isu regenerasi peternak dan meningkatkan produktivitas serta kualitas susu sapi dari bisnis skala kecil ke menengah.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022 menunjukkan, populasi sapi perah di Indonesia mencapai 592.897 ekor dengan produksi susu mencapai 957,19 ribu ton. Usaha peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi oleh usaha skala kecil yang memiliki satu sampai lima ekor sapi, dengan pemeliharaan yang bersifat tradisional. Sehingga produktivitas sapi perah masih di angka rata-rata 10-12 liter per ekor per hari.

Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengatakan rendahnya produksi susu di dalam negeri membuat Indonesia masih sangat tergantung impor bahan baku susu. Saat ini, hanya 20 persen bahan baku susu yang tersedia di dalam negeri. Sehingga 80 persen sisanya masih harus diimpor.

"Oleh karena itu, perlu dilakukan pembenahan di hulu," ujarnya dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (1/6/2023). Menurut Putu, masalah utama dalam pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah masih sedikitnya populasi sapi perah di Indonesia, rendahnya produktivitas sapi perah rakyat, dan tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu.

Selain itu, pengembangan produksi susu segar juga dihadapkan terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat, serta biaya pembesaran (rearing) anakan sapi perah yang cukup mahal. Selain itu, kurangnya pemahaman peternak rakyat tentang good dairy farming practices (GDFP) serta masih minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak termasuk menjadi masalahnya.

Seleksi FFI Young Progressive Farmer Academy dilakukan tertutup dengan menggandeng belasan koperasi susu yang tersebar di Jawa. Tujuan program itu untuk menjaring para peternak muda berusia 25-35 tahun yang memiliki lima sampai delapan ekor sapi perah laktasi dan bernaung di bawah mitra koperasi FFI. Para peternak muda yang mendaftar wajib menyusun dan melampirkan perencanaan bisnis.

Pada Juni 2023, juri ahli dan panel memilih 30 perencanaan terbaik. Selanjutnya, dari ke-30 perencanaan bisnis, akan diseleksi 12 perencanaan bisnis terbaik oleh para dewan juri. Setelah itu, para pemenang akan diberangkatkan ke Belanda untuk mengikuti studi banding dan pembelajaran terkait praktik manajemen peternakan sapi perah yang baik bersama peternak lokal Belanda pada September 2023.

Corporate Affairs Director PT FFI, Andrew F Saputro, mengatakan program Young Progressive Farmer Academy adalah bagian dari komitmen perseroan mengembangkan peternakan sapi perah dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kualitas susu. "Melalui program ini kami ingin membina peternak muda skala kecil di Indonesia agar bisnis peternak sapi perah mereka semakin berkembang," ujarnya.

Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), Dedi Setiadi menambahkan, hadirnya inisiatif semacam itu dari industri merupakan langkah yang strategis dalam upaya bersama untuk meningkatkan skala bisnis sekaligus kesejahteraan ekonomi dari para peternak sapi perah. Untuk jangka panjang, kata Dedi, program tersebut turutberkontribusi dalam meningkatkan populasi sapi perah dan serta penyediaan susu segar dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement