Rabu 24 May 2023 15:55 WIB

Pemkot Semarang Pastikan Stok Telur Aman Meski Harga Naik

Harga telur sudah menyentuh Rp 32 ribu per kilogram.

 Peternak ayam petelur di Dusun Gebug, Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sedang panen telur. Dinas Perdagangan Kota Semarang, Jawa Tengah, memastikan bahwa stok komoditas telur ayam di pasaran baik pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Atlas tetap aman meski harganya melonjak.
Foto: Bowo Pribadi
Peternak ayam petelur di Dusun Gebug, Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sedang panen telur. Dinas Perdagangan Kota Semarang, Jawa Tengah, memastikan bahwa stok komoditas telur ayam di pasaran baik pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Atlas tetap aman meski harganya melonjak.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dinas Perdagangan Kota Semarang, Jawa Tengah, memastikan bahwa stok komoditas telur ayam di pasaran baik pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Atlas tetap aman meski harganya melonjak.

"Tidak ada pasar yang kosong (stok, red.) telurnya, supermarket juga masih tersedia," kata Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan dan Stabilitas Harga Disdag Kota Semarang Sugeng Diliarto di Semarang, Rabu (24/5/2023).

Baca Juga

Diakuinya, harga komoditas telur memang melonjak seiring dengan tingginya permintaan masyarakat. Sejauh ini sudah menyentuh Rp 32 ribu per kilogram di pasar tradisional.

Di pasar tradisional, kata dia, harga telur memang sudah mencapai Rp 32 ribu per kg, tetapi di supermarket atau pasar modern justru masih terkendali di angka Rp 28 ribu-Rp 29 ribu per kg.

"Kami cek ulang di supermarket Rp 28 ribu-Rp 29 ribu per kg, di pasar Rp 32 ribu kg. Kalau supermarket sudah ada standar harga biasanya. Kalau harga segini ya sudah, tidak melihat isu di luar," kata Sugeng.

Namun, kata dia, pedagang di pasar tradisional lebih terpengaruh dengan isu di luar. Apalagi jika harga-harga komoditas di daerah lain naik maka secara otomatis akan mengikuti naik.

"Kalau (pedagang, red.) pasar tradisional itu latah, misalnya di Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar naik, dia ikut naik. Kalau supermarket paling naik Rp 500-Rp 1.000. Tidak langsung ikut-ikut di daerah lain," kata Sugeng.

Mengenai penyebab harga telur naik, kata dia, yang paling utama adalah meningkatnya permintaan masyarakat terhadap komoditas tersebut, sedangkan pasokan atau distribusi telur di pasaran tetap. "(Harga, red.) Pakan ternak yang tinggi juga masuk variabel penyebab harga naik ya. Ini kami cari dulu sebabnya. Tapi kenapa naik memang permintaannya sekarang begitu tinggi," kata dia.

Sejauh ini, kata dia, Disdag Kota Semarang terus melakukan monitoring harga komoditas telur di pasaran dan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Jawa Tengah. "Upaya kami mengadakan monitoring, kemarin dengan Dinas Ketahanan Pangan. Ini kami terus pantau harga telur, koordinasi dengan Disperindag provinsi dan kementerian juga," ungkap Sugeng.

Sementara itu, Yonas (59 tahun) pedagang sembako di Semarang mengakui bahwa harga telur belakangan memang naik dan saat ini dijualnya di kisaran Rp 30 ribu per kg karena harga dari distributor memang sudah tinggi.

"Kalau harga normal, biasanya saya jual (telur, red.) Rp 27 ribu per kg. Sekarangini sudah tinggi dari distributor. Saya sekarang jual Rp 30 ribu per kg," kata Sugeng.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement