Sabtu 20 May 2023 01:57 WIB

Global Young Influencers Serukan Partisipasi Pemuda dalam Politik

Global Young Influencer Plan Internastional serukan partisipasi pemuda dalam politik.

Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) memfasilitasi audiensi antara Global Young Influencer Group (GYIG) dari 9 negara dengan perwakilan DPR RI, partai politik, dan perwakilan kedutaan besar yang ada di Indonesia dalam kegiatan Global Youth Parliament. Global Young Influencer Plan Internastional serukan partisipasi pemuda dalam politik.
Foto: Istimewa
Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) memfasilitasi audiensi antara Global Young Influencer Group (GYIG) dari 9 negara dengan perwakilan DPR RI, partai politik, dan perwakilan kedutaan besar yang ada di Indonesia dalam kegiatan Global Youth Parliament. Global Young Influencer Plan Internastional serukan partisipasi pemuda dalam politik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) memfasilitasi audiensi antara Global Young Influencer Group (GYIG) dari 9 negara dengan perwakilan DPR RI, partai politik, dan perwakilan kedutaan besar yang ada di Indonesia dalam kegiatan Global Youth Parliament. Dalam forum ini, GYIG menyuarakan rekomendasi kepada para pemimpin politik tentang pentingnya partisipasi politik kaum muda perempuan.

Rekomendasi ini direspons oleh Anggota DPR RI Putri Komarudin, dan perwakilan partai politik seperti Rizki Aljupri (Partai Amanat Nasional), Paramitha Messayu (PKS), Astrio Feligent (Gerindra), Choris (Indonesian Parliamentary Center), dan Sophie Van Huut (perwakilan Kedutaan Besar Belanda) yang hadir dalam Global Youth Parliament. Selain itu, mereka juga memberikan pengalaman dan masukan kepada GYIG tentang rencana kampanye yang akan diimplementasikan di tingkat global.

“Rekomendasi dari GYIG yang disampaikan kepada para tokoh pemimpin tersebut berdasarkan riset State of the World Girls Report dan kampanye #EqualPowerNow yang diluncurkan Plan International sejak Oktober 2022 hingga sepanjang tahun 2023 ini. Seruan ini relevan bagi Indonesia yang sedang akan menghadapi pemilu 2024, dimana suara dan partisipasi kaum muda perlu diperhitungkan.” ujar Influencing Director Plan Indonesia Nazla Mariza, dalam rilisnya beberapa waktu lalu.

Nazla menjelaskan Global Youth Parliament merupakan dialog konstruktif antara GYIG dengan pembuat keputusan di Indonesia. Dialog ini merupakan satu dari rangkaian agenda GYIG di Indonesia.

Selama lima hari, 15-19 Mei 2023, sembilan dari 13 anggota GYIG bertemu untuk pertama kalinya di Indonesia untuk lokakarya menyusun agenda kampanye global kesetaraan bagi anak perempuan atau Girls Get Equal (GGE) selama lima tahun ke depan. Mereka yang hadir adalah perwakilan anak muda dari Indonesia, Peru, Colombia, Bolivia, Zimbabwe, Vietnam, Amerika Serikat, dan Nepal.

“GYIG Bersama Plan International mengembangkan strategi kampanye #EqualPowerNow, dan mengembangkan Youth Manifesto dan rencana aksi untuk memobilisasi kaum muda di komunitas mereka dan melibatkan pembuat keputusan dan menyampaikan rekomendasi dalam ‘Youth Manifesto, salah satunya melalui kampanye ‘Dear Leaders’ yang mana lebih dari 100 surat disampaikan pada pembuat keputusan. Pertemuan GYIG dan Global Youth Parliament hari ini merupakan bentuk nyata dari komitmen tersebut," ujar Zoe Birchall, Global Lead Campaigns and Mobilisation Plan International.

Dalam kesempatan yang sama, Global Young Influencer asal Indonesia, Yasmine, berharap dengan adanya diskusi ini DPR RI maupun partai politik bisa ikut mengampanyekan kesetaraan bagi anak perempuan #GirlsGetEqual.

“Untuk DPR RI sebagai pembuat undang-undang, saya berharap lebih bisa memperhatikan hak-hak perempuan, sedangkan untuk partai politik saya berharap adanya kesempatan yang setara bagi perempuan muda di Indonesia untuk menjadi pengambil keputusan baik di lembaga eksekutif maupun di legislatif,” ucapnya.

Sementara itu, Global Young Influencer asal Zimbabwe, Nyasha, mengatakan telah menerima banyak masukan dari audiensi ini untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di negaranya, terutama yang berkaitan dengan perempuan. 

“Setelah acara ini saya akan pulang dan menulis rekomendasi untuk menyelesaikan masalah di Zimbabwe, terutama tentang bagaimana mencegah pernikahan dini dan membantu korban pernikahan dini agar mereka tetap produktif dan berkontribusi untuk pembangunan Zimbabwe,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement