Rabu 17 May 2023 15:10 WIB

Budiman Sebut Korupsi PT AMKA Bukan Penyebab Mangkraknya Bukit Algoritma

Proyek Bukit Algoritma dikerjakan swasta dan tak menggunakan uang negara sepeser pun.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Erik Purnama Putra
Direktur Utama PT AMKA (Persero) Nikolas Agung (kanan) bersama Direktur Utama PT Bintang Raya Dani Handoko (tengah) menyimak penjelasan Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko (kiri) seusai penandatanganan kontrak pekerjaan pengembangan Bukit Algoritma pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengembangan teknologi dan industri 4.0 Kabupaten Sukabumi di Jakarta, Rabu (7/4/2021).
Foto: ANTARA FOTO
Direktur Utama PT AMKA (Persero) Nikolas Agung (kanan) bersama Direktur Utama PT Bintang Raya Dani Handoko (tengah) menyimak penjelasan Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko (kiri) seusai penandatanganan kontrak pekerjaan pengembangan Bukit Algoritma pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengembangan teknologi dan industri 4.0 Kabupaten Sukabumi di Jakarta, Rabu (7/4/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pelaksana KSO Bukit Algoritma, Budiman Sudjatmiko mengatakan, kasus korupsi yang menjerat Perusahaan BUMN PT Amarta Karya (AMKA), tidak berdampak kepada proyek Bukit Algoritma. Menurut dia, masalah korupsi di AMKA terkait direksi lama, bukan direksi yang kini menjabat dan terlibat sebagai kontraktor pembangunan Bukit Algoritma.

"Itu yang kerja sama dengan kita kan direksi baru, bukan direksi lama. Yang kena kasus korupsi kan direksi lama," kata Budiman saat dikonfirmasi Republika.co.id di Jakarta, Rabu (17/5/2023).

Dia menegaskan, tidak ada pengaruh sedikit pun masalah AMKA terhadap proyek pengembangan industri dan teknologi 4.0 di Cikidang dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sebagai kontraktor utama, sambung dia, AMKA hanya sebagai kontraktor dan tidak ada dana mereka yang bersumber dari APBN digunakan sama sekali.

"Ekosistem dari swasta, tidak ada uang negara sepeser pun dari BUMN. Dan itu aman-aman aja gak ada masalah, udah dirombak semua dipimpin Pak Niko (Dirut AMKA Nikolas Agung)," kata Budiman.

Baca: Dua Tahun Bukit Algoritma di Sukabumi, Kades: Belum Ada Kejelasan

Ditanya alasan proyek senilai Rp 18 triliun yang dua tahun ini tidak ada pembangunan fisik sama sekali, Budiman tak menampiknya. Menurut dia, tidak adanya progres lanjutan di lahan seluas 888 hektare sejak pertama kali peletakan batu pertama (groundbreaking), karena masalah investasi berkala.

"Penggantian direksi rasa-rasanya tidak menghambat time line. Ini soal tahap pencairan investasinya, jadi sepenuhnya tahapan bisnis," jelas politikus PDIP tersebut.

Budiman menuturkan, sebenarnya pengerjaan proyek di Bukit Algoritma saat ini masih berjalan, berupa renovasi gedung eksisting. Sedangkan beberapa proyek lainnya dari investasi yang telah cair, kata dia, dialokasikan untuk pilot project di beberapa daerah. "Masih ke gedung yang sudah ada dulu," ucap aktivis 1998 ini.

Pembangunan Bukit Algoritma yang digadang-gadang seperti Silicon Valley di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, hingga kini belum menunjukkan kejelasan. Padahal, warga menanti jika proyek besar tersebut dibangun, dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah.

Pembangunan Bukit Algoritma sudah dilakukan groundbreaking pada 9 Juni 2021. Rencananya, pengembangan industri dan teknologi 4.0 serta sumber daya manusia (SDM) dibentuk seperti di Amerika Serikat (AS) tersebut berlokasi di Kecamatan Cibadak dan Cikidang, Kabupaten Sukabumi.

Bukit Algoritma rencananya dibangun di lahan seluas 888 hektare, yang mencakup empat desa. Tiga desa di antaranya, di Kecamatan Cikidang, yakni Cicareuh, Pangkalan, dan Tamansari. Sementara, Desa Neglasari masuk Kecamatan Cibadak. "Terkait Bukit Algoritma belum ada informasi lagi masih ngambang, sepertinya belum ada kejelasan lagi," ujar Kepala Desa Pangakalan, Usep Saepulrohman, Selasa (17/5/2023).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement