Ahad 14 May 2023 21:05 WIB

Tak Punya Basis Massa, Peluang Sandiaga Jadi Cawapres Semua Capres Dinilai Kecil

Jika Ganjar berduet dengan Erick dinilai bisa memenangkan suara di Jateng dan Jatim.

Menteri BUMN Erick Thohir dan Sandiaga Uno dalam kesempatan bersama beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Fakhri Hermansyah
Menteri BUMN Erick Thohir dan Sandiaga Uno dalam kesempatan bersama beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasca-Ganjar Pranowo dideklarasikan sebagai capres PDIP menyusul Anies Baswedan yang sudah lebih dulu diusung Partai Nasdem, diprediksi pada Pilpres 2024 kemungkinan besar akan ada tiga capres. Akibatnya bursa cawapres pun ikut bergerak dinamis.

Dalam sejumlah survei, setidaknya ada tiga tokoh yang menonjol menjadi kandidat cawapres, mereka adalah Erick Thohir, Sandiaga S Uno, dan Ridwan Kamil. Dekan Fisip Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Phil Sukri melihat pertarungan antara Erick Thohir dengan Sandiaga Uno untuk merebut kursi cawapres juga akan sangat berdinamika. "Pengalaman di Pilkada DKI yang lalu, membuat Sandiaga memiliki kedekatan dengan PKS," kata Sukri di Jakarta, Sabtu (13/5/2023).

Selain itu, kata Sukri, Sandiaga juga pernah menjadi cawapresnya Prabowo. Sukri melihat keluarnya Sandiaga dari Gerindra bisa ditafsirkan sebagai strateginya untuk dapat menjadi cawapres Prabowo dari PKS. Sehingga capres cawapres Prabowo tidak berasal dari Gerindra saja.

"Namun, disayangkan Sandiaga tak memiliki basis masa di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sehingga tak bisa mengeklaim Jawa Timur dan Jawa Tengah sebagai pendongkrak suara capresnya baik itu Anies, Ganjar maupun Prabowo. Paling Sandiaga hanya menjual figurnya dengan menyasar pemilih milenial," kata Sukri.

Sukri berkata, posisi Sandiaga ini berbeda jauh dengan Erick Thohir. Meskipun bukan berasal dari parpol, kedekatan menteri BUMN itu dengan Banser sebagai salah satu ormas di bawah NU akan menguntungkan Erick Thohir. "Sebab ia bisa mengeklaim memiliki basis massa NU. Jika tak ada cawapres lain dari NU ini akan sangat menguntungkan Erick," kata Sukri.

Selain itu, selain dapat merepresentasikan NU, Erick juga bisa mewakili suara pemilih di luar Jawa. Namun, jika ada cawapres lain dari NU, Erick bisa mengeklaim sebagian massa NU yang ada. Sebagian massa NU ini jumlahnya tak sedikit sehingga ini menguntungkan Erick untuk diusung sebagai cawapres.

"Jika dengan Ganjar, Erick bisa memastikan kemenangan di pilpres baik itu di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan beberapa wilayah di Sumatra yang menjadi basis masanya," ujar Sukri.

Sementara peluang Ridwan Kamil menjadi pendongkrak suara capres untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur dinilai Sukri sangat minim. Basis masa Kang Emil memiliki irisan dengan pendukung Anies ataupun Prabowo. Sehingga kehadiran Kang Emil sebagai cawapres tak akan signifikan suara capres di Pemilu 2024 mendatang.

"Itu kelemahan Kang Emil yang hanya memiliki basis masa di Jawa Barat dan Jakarta saja. Apalagi beliau tak memiliki basis masa dari luar Jawa. Sehingga jika diurutkan cawapres yang paling potensial maju adalah Erick Tohir, Sandiaga lalu disusul Cak Imin, atau Kang Emil," kata Sukri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement