Rabu 10 May 2023 04:29 WIB

Mencari Hamka yang Tak Mau Poligami di Kauman Padang Panjang

Hamka pindah ke Padang Panjang karena menolak perintah poligami dari ayahnya.

Bung Hatta, Pakiah Saleh Eks Dogoelis, dan Buya HAMKA Tahun 1970.
Foto:

Didaulat Menjadi Directuur Tabligh School 

Sepulang dari Makkah pada 1928, pada usia 21 tahun lengkap sudah title Haji di depan namanya. Sejak itulah, ia memberi aakronim untuk namanya, HAMKA. Ia pun didaulat memimpin Tabligh School dengan sebutan Directuur  tahun 1928–sekolah lanjutan untuk alumni Tsanawiyah, Sumatra Thawalib, dan Diniyah School. Pengajarannya setiap selasa malam di eks Hotel Merapi milik dari pebisnis Belanda bernama Johannes Paulus Stephanus Rox.

Kisah HAMKA mengajar di Tabligh School beberapa kali diungkap murid-muridnya, baik di  surat kabar, majalah, buku, dan lainnya. Kisah HAMKA memimpin Tabligh School diawali dengan ide brilian Abdullah Kamil yang mengusulkan pembentukan sekolah, untuk melahirkan kader-kader pimpinan Muhammadiyah (De Locomotied, 2 Februari 1928). 

Sekolah yang masih baru, keterbatasan dana Muhammadiyah Tjabang Padang Panjang, terpaksa mengandalkan guru-guru, seperti A.R Sutan Mansur, HAMKA, Saalah Jusuf Sutan Mangkuto, Abdullah Kamil, dan Rasjid Idris Dt. Sinaro Panjang, untuk mengajar di Tabligh School (Sufyan, 2022). 

Murid-murid awal dari Tabligh School inilah, yang kelak memegang kendali dalam persyarikatan. Sebut saja Marzuki Jatim (anggota KNIP dan saudagar sukses di Pasar Gadang), Malik Ahmad (Wakil Ketua PP Muhammadiyah/ Anggota Konstituante 1956-1959), dan Zainoel Abidin Sjua’ib (Ketua Muhammadiyah Sumatra Barat 1971-1975). 

Sukses di Congres ke-19 Dikirim Ke Makasar, Kembali ke Padang Panjang.

HAMKA sendiri sedang gandrungnya menulis, saat memimpin Tabligh School. Saat itu, ia telah menulis Minangkabau dan Agama Islam. Namun, karyanya ini dibeslag oleh pemerintah Kolonial Belanda  pada tahun 1933. 

Karir HAMKA semakin melejit, tatkala Kongres ke-19 tahun 1930 berlangsung di Fort de Kock. Perannya tidak bisa diremehkan. Bahkan, laporan Hoofdcomitte Congres ke-19, hampir sebagian besar ditulis oleh HAMKA, terutama di bagian narasi sebelum Congres dilaksanakan. 

Kepiawaiannya sebagai panitia Congres membantu tugas-tugas utama dari Saalah Jusuf Sutan Mangkuto, memicu pimpinan Muhammadiyah di Makasar, meminta Hoofdbestuur Yogyakarta mengirim HAMKA ke Makasar. 

Dua tahun memimpin Tabligh School, HAMKA akhirnya menuju ke Makasar pada 1931. Ia ditugasi sebagai mubaligh, membantu berdirinya cabang dan groep, serta mengajar di sekolah milik Muhammadiyah. Di samping itu, ia juga memimpin surat kabar Al-Mahdi. Pada tahun 1934, ia kembali memutuskan untuk pulang ke Padang Panjang (Solichin Salam, 1978: 53).   

Kepulangan HAMKA bersama istrinya Ummi Raham, disambut hangat oleh Ketua Muhammadiyah Daerah Minangkabau Sutan Mansur. Ia dan istrinya menempati kamar yang terletak paling sudut dan terletak di belakang eks komplek Hotel Merapi. Di kamar itulah, kelak ia, Siti Raham, dan si kecil Rusjdi HAMKA bersenda gurau. 

tidak diketahui.jpg

Keterangan foto: Bung Hatta, Pakiah Saleh Eks Dogoelis, dan Buya HAMKA Tahun 1970.

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement