Rabu 10 May 2023 04:29 WIB

Mencari Hamka yang Tak Mau Poligami di Kauman Padang Panjang

Hamka pindah ke Padang Panjang karena menolak perintah poligami dari ayahnya.

Bung Hatta, Pakiah Saleh Eks Dogoelis, dan Buya HAMKA Tahun 1970.
Foto:

Memasuki usia 12 tahun, Malik terguncang jiwanya. Ia menyaksikan perceraian orang tuanya. Dibayang-bayangi ketakutan terhadap Haji Rasul yang berwatak keras, Malik yang awalnya sering bolos di Thawalib, kembali memasuki kelas belajar seperti biasa. 

Pagi belajar di Sekolah Diniyah, pulang sebentar, berangkat ke Thawalib dan kembali ke rumah menjelang Magrib untuk bersiap pergi mengaji. Sosok Labay lah yang mengubah paradigmanya. Sejak ia membuka bibliotek, perpustakaan persewaan buku, Malik sering menghabiskan waktunya membaca karya sastra terbitan Balai Pustaka, cerita China, dan karya terjemahan Arab. 

Setelah rampung membaca, Malik menyalin versinya sendiri. Barangkali kisah inilah yang menjadi awal yang mengantarkan Malik pada dunia literasi dan menjadikannya ulama yang complited. 

Persentuhan Malik dengan Muhammadiyah, telah dimulai ketika ia memutuskan untuk kembali ke Padang Panjang pada Juli 1925. Ia sendiri mengklaim bahwa HAKA lah yang awalnya berperan menyemai benih Islam Berkemajuan. 

Awal keterlibatan Malik, ketika ia mewadahi Tabligh Muhammadiyah. Seminggu sekali diadakan latihan tabligh. Hamka membuatkan teks pidato bagi peserta yang tidak pandai mengarang. Pidato-pidato yang bagus dimuat majalah Chatiboel Oema dengan tiras 500 eksemplar. Malik langsung bertindak sebagai pemimpin redaksinya. Majalah ini hanya terbit tiga nomor karena alasan keuangan. 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement