Senin 08 May 2023 14:46 WIB

Hari Pertama UTBK-SNBT Diklaim tak Menemui Kendala Serius

Ujian UTBK SNBT 2023 disesuaikan dengan kebijakan Kurikulum Merdeka.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus raharjo
Peserta Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2023 mengikuti tes di Kampus C Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Senin (8/5/2023). Pada UTBK-SNBT 2023 ada 14.566 calon mahasiswa yang mengikuti UTBK-SNBT 2023 di Unair.
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Peserta Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2023 mengikuti tes di Kampus C Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Senin (8/5/2023). Pada UTBK-SNBT 2023 ada 14.566 calon mahasiswa yang mengikuti UTBK-SNBT 2023 di Unair.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Mochamad Ashari, mengeklaim, tak ada kendala serius pada hari pertama Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) 2023. Ujian dengan format baru itu digelar secara luring di 74 lokasi Pusat UTBK Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia.

“Hari pertama UTBK-SNBT tidak ada kendala serius, kita sudah koordinasi dengan berbagai instansi supaya membantu pelaksanaan UTBK,” kata Ashari berdasarkan keterangan tertulis, Senin (8/5/2023).

Baca Juga

Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu menjelaskan, secara umum, pelaksanaan UTBK tahun ini tidak ada perbedaan dengan tahun lalu. Perbedaan mendasar terlihat dari materi soal yang diujikan. Tahun ini, kata dia, materi soal di UTBK-SNBT menggunakan tes skolastik dengan subtes kemampuan kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris.

Tes skolastik, kata Ashari, menekankan pada pengkuran kemampuan kognitif yang dianggap penting dalam keberhasilan mahasiswa selama studi di perguruan tinggi. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang diperoleh manusia sejak lahir berupa kemampuan logika dan bernalar.

Untuk itu, menurut dia, tes skolastik tidak mengujikan kemampuan hapalan dan akademik peserta selama di sekolah menegah atas, tetapi lebih mengujikan pada kemampuan logika dan nalar peserta.

Tes tersebut juga disesuaikan dengan kebijakan Kurikulum Merdeka yang diterapkan Kemendikbudristek. Implementasi kurikulum baru tersebut di tingkat sekolah berupa sekolah tidak lagi menerapkan penjurusan keilmuan. Dengan begitu, tes masuk perguruan tinggi juga didesain lebih umum.

“Melalui tes ini, kita bisa mendeteksi apakah anak-anak itu punya potensi kognitifinya bagus. Logikanya kalau bagus dia akan mampu dalam situasi apapun,” kata Ashari.

Secara teknis, soal tes skolastik tidak lagi berupa pilihan ganda, tetapi menggunakan pilihan ganda kompleks atau dengan kata lain complex multiple choice. Dia menyampaikan, pihaknya memastikan, penyusunan soal tersebut sudah dianalisis dengan tim ahli dan sudah disesuaikan dengan kemampuan peserta.

Sementara itu, Plt Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Tjitjik Sri Tjahjandarie, mengatakan, saat ini Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi peserta didik untuk memilih dan mengembangkan minat bakatnya. Hal tersebut memungkinkan peserta didik mempelajari beragam keilmuan di luar yang selama ini dipelajarinya.

Dengan demikian, tes itu digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan calon mahasiswa ini untuk mengambil berbagai mata kuliah hingga menyelesaikan studinya. “Kalau sekadar pintar hapalan, begitu diarahkan ke tantangan keilmuan yang kompleks, dia belum tentu bisa survive. Tes potensi skolastik mengukur kemampuan penalaran dan analisis. Kalau tinggi diharapkan dia dapat menyelesaikan studinya dengan baik,” kata Tjitjik.

Untuk subtes matematika, kata dia, soal lebih mengujikan sejauh mana kemampuan penalaran peserta di bidang matematika yang direpresentasikan melalui penalaran dasar. Sementara subtes literasi lebih pada pemahaman peserta terkait bahasa dan kemampuan peserta untuk menarasikan pikirannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement