Kamis 04 May 2023 04:39 WIB

MUI, Al Zaytun, dan Program Defeksi Intelijen

Program defeksi di berbagai daerah menjebak warga negara dalam lingkaran setan

Kompleks Pondok Pesantren Az Zaytun.
Foto:

Kedua, kajian yang dilakukan terhadap MAZ menghasilkan belum ditemukan adanya penyimpangan dalam kurikulum yang diajarkan. Kendati demikian, tim peneliti mendapatkan laporan bahwa terdapat hidden kurikulum. Selain itu, informasi lain yang didapat adalah adanya perbedaan antara santri orang dalam dan santri orang luar. Dalam artian ini, ada santri yang direkrut dari NII KW IX atau para tokohnya langsung. Ada juga santri yang direkrut secara umum dan terbuka¹.

Pesantren Al Zaytun adalah pusat gerakan KW9 (Komandemen Wilayah 9) NII (Negara Islam Indonesia). Ini adalah NII palsu yang dirancang oleh pemerintah sebagai program defeksi. Program defeksi adalah program untuk menjerat dan memiskinkan orang-orang yang masih berideologi Islamisme untuk mendirikan negara Islam dengan menjebak mereka masuk ke dalam gerakan palsu dan mencegah mereka masuk atau mengakses gerakan yang asli. 

Menariknya, pesantren Al Zaytun tidak hanya dikaitkan dengan program defeksi NII KW-9 yang palsu yang dilakukan oleh pihak Orde Baru. NII KW-9 adalah sebuah gerakan palsu yang didirikan oleh intelejen pemerintah sebagai bagian dari program defeksi untuk menjerat dan memiskinkan orang-orang yang masih berideologi Islamisme. Pesantren Al Zaytun juga diduga menjadi pusat gerakan KW-9 NII, sehingga jamaah yang mengumpulkan uang infak, sadaqah dan zakat sebanyak Rp 8 miliar per hari terjerat dalam jebakan program defeksi palsu tersebut. 

Baca juga : Klaim Tender Jalan Rusak Lampung Setelah Menteri PUPR Pertanyakan, 'Dari Mana Uangnya?'

Praktik memanipulasi pesantren dan gerakan Islam lainnya oleh aparat intelijen memang telah dilakukan di Indonesia selama beberapa dekade. Praktik ini bertujuan untuk memecah belah umat Islam dan membentuk opini negatif tentang gerakan Islam di mata masyarakat. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa Pesantren Al Zaytun juga menjadi korban dari praktik semacam ini.

Namun, perlu dicatat bahwa sebagian besar pondok pesantren di Indonesia memiliki reputasi yang baik dan berperan penting dalam membangun masyarakat Indonesia yang plural dan inklusif. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menilai pesantren tertentu dan harus menghargai peran penting yang mereka mainkan dalam masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement