REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa magnitudo 6,9 yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, menyebabkan banyak dampak. Di antaranya adalah adanya gempa susulan sebanyak 10 kali hingga pagi pukul 5.45 Wib tadi.
“Hingga pukul 05.45 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 10 (sepuluh) aktivitas gempabumi susulan (aftershock ) dengan magnitudo terbesar M5,0,” kata Daryono dalam keteerangannya, dikutip Selasa (25/4/2023).
Tak hanya merusak bangunan, dia menyebut jika dampak gempa yang ada juga berdampak tsunami. Menurut hasil pengamatan tinggi muka laut, tercatat ketinggian tsunami di lokasi TideGauge Tanah Bala sekitar pukul 3.17 WIB, mencapai 11 cm.
Meski demikian, pihaknya meminta agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. “Masyarakat agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa,” kata dia.
Menyoal lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi di Mentawai merupakan jenis dangkal dan berakibat pada aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia. Dalam analisis mekanisme sumber, ditunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (Thrust fault).
Pihaknya berjanji, masih akan terus melakukan monitoring muka air laut. Namun demikian, pihaknya menegaskan supaya masyarakat tetap tenang dan menjauhi pantai hingga BMKG menyampaikan peringatan dini berakhir.