Ahad 16 Apr 2023 14:32 WIB

Bedah Buku Salam Pancasila, Kepala BPIP Dorong Mahasiswa Kuasai Teknologi dan Bahasa Asing

Salam Pancasila mengejawantahkan konsep rahmatan lil ‘alamin yang luas dan abstrak.

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D saat membuka kegiatan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) melalui Bedah Buku Salam Pancasila di Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta, Sabtu, (15/4).
Foto: Baznas
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D saat membuka kegiatan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) melalui Bedah Buku Salam Pancasila di Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta, Sabtu, (15/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi, mendorong mahasiswa khususnya generasi bangsa selain menguasai agama juga untuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan bahasa asing. Menurut pemecah rekor sebagai Dosen pertama dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang berhasil menembus Harvard Law School Amerika Serikat ini, ke depan era semakin menguatnya kecerdasan buatan.

"Akan banyak disrupsi, tidak hanya di dunia kerja, tetapi juga di dunia pendidikan", ujarnya saat membuka kegiatan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) melalui Bedah Buku Salam Pancasila di Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta, Sabtu, (15/4/2023) lalu.

Baca Juga

"Karena kemampuan berbahasa ini menjadi modal bagi adik-adik untuk bersaing tidak hanya di kancah nasional, tetapi juga internasional," sambungnya dalam siaran persnya. selain itu ia juga menambahkan syarat jadi pemimpin harus punya nama-nama, bukan sekadar nama biologis tapi nama estimologis. Gelar yang diterima karena keilmuannya.

"Nanti akan terkumpul sang minoritas untuk diseleksi. Setelah diukur (kemampuannya) baru dilantik", ucapnya.

Lebih lanjut, ia memberikan penegasan kepada mahasiswa dan civitas akademika STAI Yogyakata tentang Salam Pancasila. "Salam Pancasila bukan salam pengganti salam agama, tetapi salam pemersatu bangsa yang terpuji yang dianjurkan semua agama," paparnya.

“Kita memiliki Bahasa Indonesia sebagai lingua franca atau basantara, maka sekarang kita memiliki Salam Pancasila sebagai salam perantara atau saluti franca, yang dapat dipraktekkan oleh semua warga negara Indonesia,” jelasnya.

Salam Pancasila merupakan salam yang diadopsi dari Salam Merdeka yang disampaikan Presiden Sukarno tak lama setelah kemerdekaan Indonesia. Dengan mengucapkan “Salam Pancasila!” berarti, selain menjamin keselamatan dan perdamaian bagi orang yang kita ucapkan salam, kita juga menjamin hak orang itu dalam berkeyakinan.

"Salam Pancasila mengejawantahkan konsep rahmatan lil ‘alamin yang sangat luas dan abstrak itu, menjadi nilai-nilai konkret yang bisa kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam berbangsa dan bernegara", ucapnya.

Tidak hanya itu ia juga mengajak kepada seluruh peserta untuk tetap bersyukur karena Negara Indonesia memiliki segala-galanya termasuk Pancasila dan sejarah revolusi terbaik sepanjang sejarah manusia. "Saya juga sampaikan, Proklamasi Indonesia adalah paling hebat, terbesar sepanjang sejarah umat manusia" ujarnya.

photo
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D saat membuka kegiatan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) melalui Bedah Buku Salam Pancasila di Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta, Sabtu, (15/4). - (Baznas)

 

Menurutnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi saat Perang Dunia II yang melibatkan negara setengah benua dengan teknologi militer canggih, akan tetapi justru bangsa Indonesia yang dapat menyatukan 57 Negara/Kerajaan (revolusi tidak berdarah). "Mari kita bandingkan dengan negara besar di muka bumi ini, supaya paham arti Pancasila yang begitu hebatnya," tegasnya.

Prof Yudian juga mengungkap keutamaan malam Lailatul Qadar di bulan suci Ramadhan, Allah SWT menjanjikan menurunkan banyak keberkahan diantaranya diturunkannya Alquran, malam lebih baik "Salah satu keuntungan dan keberkahan Bangsa Indonesia di malam Lailatul Qadar itu adalah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 Hijriyah," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama pelaksana harian Ketua STAI Yogyakarta Hudan Mudaris, mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila melalui Bedah Buku Salam Pancasila ini dapat membuka wawasan dan pengetahuan mahasiswa dan civitas akademika betapa besarnya makna Salam Pancasila.

"Saya mewakili civitas akademika STAI Yogyakarta mengapresiasi BPIP yang terus bekerja keras dalam internalisasi nilai-nilai Pancasila," ujarnya.

Ia berharap dari kegiatan ini seluruh peserta dapat mempraktekan nilai-nilai dan Salam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Bupati Gunung Kidul Mayor Chb (Purn) H Sunaryanta juga mengapresiasi dengan acara yang diselenggarakan di daerahnya tersebut. Menurutnya dengan adanya Pancasila, diharapkan terjadinya perubahan yang signifikan perilaku masyarakat khususnya generasi muda.

"Saya kira, perlu ada mata ajar khusus tentang Pancasila bagi anak-anak sekolah, sehingga diharapkan Pancasila dapat dipahami dan dimaknai dalam kehidupan sehari-hari," harapnya.

Menjawab pertanyaan media persoalan pentingnya Pancasila Wakil Kepala BPIP Dr Karjono, mengaku, pihaknya dan Kemendikbudristek telah menyelesaikan mata ajar Pancasila untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini sampai Perguruan Tinggi dan mulai diajarkan tahun 2023-2024.  

Terlepas itu Karjono juga mengingatkan Ideologi Pancasila sangat penting dijaga dan diimplementasikan, karena sejak reformasi TAP MPR II 1978 tentang Eka Pancakarsa atau P4 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, 1 Tahun kemudian Lembaga BP7 dibubarkan dan yang sangat memprihatinkan UU Sisdiknas diganti dan menghilangkan Mata Ajar atau mata kuliah Pancasila.

"Ini semua menjadi keprihatinan kita, maka dari itu kita perlu perkuat upaya-upaya untuk memperkokoh Pancasila. Dengan upaya kita bersama maka Bapak Joko Widodo Presiden Republik Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Pendidikan Nasional yang mewajibkan mata ajar Pancasila diterapkan mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi dan di seluruh Indonesia mulai dari pendidikan formal, informal dan non formal," katanya. 

Hal tersebut dilengkapi dan ditambahkan oleh Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan Prakoso bahwa nilai-nilai pancasila harus tersosualusasikan ke madyarakat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement