REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencegahan stunting hingga 14 persen pada 2024 menjadi program prioritas pemerintah saat ini. Namun, pengentasan stunting tidak bisa dilakukan dengan mengandalkan pemerintah saja. Diperlukan kerja sama semua pihak, termasuk swasta guna mendukung program tersebut.
Danone Indonesia menjadi salah satu swasta yang ikut membantu pemerintah untuk mencapai target penurunan angka stunting tersebut. Pengentasan dilakukan dengan menggencarkan program isi piringku untuk memenuhi gizi anak.
Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, mengatakan program dilakukan sekaligus untuk memperkuat pola arahan Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai keseimbangan gizi. Penguatan program isi piringku diharapkan bisa memberikan edukasi lebih lanjut ke masyarakat terhadap porsi yang tepat untuk kebutuhan sehari-hari.
"Danone terus berkomitmen untuk mencegah upaya stunting tentu tidak hanya dengan produk sehat kami seperti Aqua, SGM dan produk lainnya, tetapi kami juga membuat program edukasi," kata Karyanto di Jakarta dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/4/2023).
Program isi piringku diluncurkan di beberapa sekolah Muhammadiyah di Klaten, Wonosobo, dan Surakarta di Jawa Tengah. Program ini merupakan kerja sama Danone Indonesia dengan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Muhammadiyah yang bertujuan untuk mencegah stunting melalui perbaikan gizi.
Ketua Program Aku Suka Isi Piringku SD MPKU PP Muhammadiyah, Emma Rachmawati, mengungkapkan studi status gizi Indonesia 2022 yang mendapati kasus stunting dan gizi masih menimpa 21,6 persen populasi di Indonesia dan Jawa Tengah.
Sedangkan tren status gizi balita di Indonesia yakni 3,5 persen balita kelebihan berat badan, 17,1 persen kekurangan berat badan, dan 7,7 persen balita mengalami penurunan bobot tubuh secara berkelanjutan.
Ketua Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan non formal, PP Muhammadiyah, Didik Suhardi, mengatakan anak-anak yang terjangkit stunting akan mengganggu produktivitas mereka. Stunting mengurangi daya serap dan pertumbuhan fisik.
Secara khusus, dia mengapresiasi program penguatan porsi isi piringku yang dilakukan Danone Indonesia. "Kami berharap bisa diperluas di kabupaten/kota lain karena memang angka stunting di beberapa daerah cukup tinggi dan tidak bisa diserahkan ke pemerintah saja," katanya.
Didik mengatakan stunting terjadi bukan karena asupan gizi yang tidak seimbang atau masalah ekonomi tetapi juga pola hidup dan infrastruktur yang buruk. Banyak yang menderita stunting juga karena gaya hidupnya kurang bagus.