REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya menghargai keputusan penutupan rumah sakit darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Menurut dia, hal itu menjadi bukti dari adanya pengendalian Covid-19 yang terus membaik.
“Pertama ini menunjukkan kondisi pengendalian pandemi kita terus membaik,” kata Siti Nadia di Jakarta, Ahad (2/4/2023).
Dengan adanya pencapaian ini, pihaknya mengucapkan terimakasih atas semua upaya tenaga kesehatan. Khususnya, dalam mengupayakan penyelesaian pandemi yang kini segera menuju endemi.
“Ucapan terima masih tentunya kepada seluruh petugas nakes yang sudah bertugas dan berjuang dalam pengendalian Covid-19,” jelas dia.
Sebelumnya, Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Guntoro baru saja menutup operasional Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC), Jumat (31/3/2023). Selain menutup RSDC pasca-perpanjangan operasional sebelumnya, dia juga melepas para relawan Covid-19 terakhir sekitar 168 orang.
“Akhir Desember 2022, BNPB mengeluarkan surat untuk memperpanjang (operasional RSDC) dan antisipasi. Dan perpanjangan ini berakhir hari ini, 31 Maret, alhamdulillah,” kata Guntoro di RSDC Tower 3, Jumat (31/3/2023).
Dia menambahkan, penutupan itu karena telah sampai pada akhir perjuangan merawat pasien Covid-19. Hal itu, menyusul tidak adanya pasien Covid-19 di lokasi tersebut sejak akhir tahun lalu.
Dia menjelaskan, selama hampir tiga tahun RSDC Wisma Atlet berjalan, sudah ada ribuan relawan yang terdiri dari berbagai instansi untuk berdedikasi. Dari jumlah dan kurun waktu itu, telah dirawat pasien Covid-19 sekitar 132.586 pasien.
Menyoal fasilitas yang ada di Wisma Atlet untuk para pasien Covid-19 sebelumnya, Guntoro menyebut akan menghibahkannya. Meski demikian, menurut dia, rencana itu masih kemungkinan besar.
“Ada beberapa peralatan ICU, termasuk tempat tidur, dan peralatan pendukung lainnya, nanti kita atur dan data,” lanjut dia.
Rencana hibah itu, lanjut dia, diungkapkan karena kekhawatiran alat yang rusak jika tidak dipakai berulang. Ke depan, pihaknya akan menghibahkan alat kesehatan ke rumah sakit.
Namun demikian, perlu ada kriteria yang harus dipenuhi rumah sakit atau penerima hibah tersebut. Guntoro, tidak merinci lebih jauh. “Tentu ada syaratnya, yang jelas semua kita lakukan sesuai aturan yang berlaku,” kata dia.
Ditanya bangunan Wisma Atlet ke depannya, dia belum memberikan jawaban pasti. Ihwal demikian, dirinya percaya jika bangunan tersebut akan kembali difungsikan seperti sebelumnya.
“Sampai saat ini belum ada kepastian, terakhir ini dikelola oleh Kementerian PUPR. Jadi ada kemungkinan dikembalikan ke fungsi semula,” tutur dia.
Sebelumnya, pasca menurunnya intensitas pasien Covid-19 di Wisma Atlet, bangunan itu diisukan karena sepi dan mencekam horor. “Iya (memang sepi), tidak ada pasien sejak 30 Desember 2022. (Tapi soal pernyataan banyak kuntilanak) saya kan terlibat dalam pengelolaan wisma atlet sebagai RSD Covid-19, bukan ranah saya mau banyak kuntilanak atau apa,” kata Koordinator Humas Wisma Atlet Kemayoran, Mintoro Sumego atau kerap disapa Mego kepada Republika.
Pantauan Republika pada Jumat (3/2/2023), kondisi wisma atlet, terutama di Tower 6 yang diketahui merupakan tower yang terakhir dioperasikan untuk melayani keperluan medis pasien Covid-19, tampak sepi.
Sejumlah kursi yang didesain berjarak sekitar satu meter sama sekali tidak terisi oleh siapapun, alias kosong. Tak ada kesibukan apapun yang tampak di lokasi tersebut, namun ada satu atau dua orang relawan yang berada di area meja resepsionis.
Informasi yang diperoleh, meskipun sudah sepi atau nol pasien, pihak Wisma Atlet Kemayoran menyiagakan sebanyak 181 relawan, setidaknya hingga Maret 2023. Hal itu sebagai upaya antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi kembali ledakan pasien Covid-19.