Senin 27 Mar 2023 13:58 WIB

Dukungan Jokowi Dinilai Lebih Diberikan kepada Ganjar dan Prabowo Bukan Puan

"Puan hampir nggak pernah di-endorse secara terbuka sama Jokowi," kata Pangi.

Presiden Joko Widodo meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023). Kebersamaan Jokowi bersama Ganjar dan Prabowo memunculkan spekulasi bahwa dukungan Jokowi untuk Pilpres 2024 diberikan kepada keduanya bukan yang lain. (ilustrasi)
Foto:

Burhanuddin Muhtadi mengatakan, endorsement yang dilakukan Jokowi terhadap Prabowo Subianto di beberapa kali kesempatan berhasil menaikkan elektabilitas Prabowo hingga dua persen.

“Kalau kita bandingkan tren jika tidak ada endorsement dengan tren setelah ada endorsement itu kenaikannya kurang lebih 2 persen. Efeknya cukup besar,” kata Burhanuddin dalam paparannya saat menyampaikan hasil survei nasional Indikator Politik Indonesia ‘Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru’, Ahad (26/3/2023).

Ia menjelaskan, sejak November 2022, Jokowi berkali-kali telah memberikan kode dukungannya terhadap Prabowo Subianto. Salah satunya dengan menyebut bahwa di pemilu 2024 nanti merupakan jatah Prabowo untuk menjadi presiden. Setelah itu, Jokowi pun sering kali mengajak Prabowo ke beberapa kali kegiatan kunjungan kerjanya di berbagai daerah.

Indikator Politik melakukan penelitian efek endorsement Jokowi terhadap Prabowo pada kalangan pemilih Jokowi dan juga kalangan pemilih Prabowo di pilpres 2019. Dari hasil temuannya, efek endorsement Jokowi terhadap kalangan pemilih Jokowi di pilpres 2019 memberikan dampak peningkatan elektabilitas Prabowo hingga dua persen.

“Jadi awalnya pemilih Pak Jokowi itu, jadi kalau tidak ada endorsement Pak Jokowi, pemilih Jokowi yang memilih Prabowo ini tinggal menunggu waktu untuk habis. Kemudian ada endorsement Jokowi, (elektabilitas Prabowo) mengalami kenaikan,” ujarnya.

Sementara untuk pemilih Prabowo 2019, endorsement yang dilakukan Jokowi terhadap Prabowo tak memberikan efek yang jelas. Sebab, para pendukung Prabowo di pilpres 2019 sudah mengalihkan dukungannya, terutama kelompok masyarakat berbasis Islamis.

“Sementara buat pemilih Prabowo 2019, endorsement Jokowi terhadap Prabowo itu efeknya nggak jelas. Kita simpulkan, pemilih Prabowo sendiri yang memilih Prabowo 2019 itu udah pada lari, bahkan sebelum Anies dicapreskan oleh Nasdem sebagai capres di Oktober. Siapa yang lari? Terutama basis islamis udah pada lari,” kata Burhanuddin.

Elektabilitas capres

 

Untuk peringkat elektabilitas bakal capres, nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memiliki tingkat elektabilitas tertinggi sebagai kandidat calon presiden dalam survei terakhir Indikator Politik. Ganjar memiliki tingkat elektabilitas sebesar 30,8 persen.

Sedangkan dua lawan lainnya yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memiliki elektabilitas masing-masing 21,7 persen.

“Ini simulasi 34 nama. Top three tidak terlalu banyak perubahan kecuali soal peringkat itupun dalam margin of error antara Pak Prabowo dan Anies Baswedan,” kata Burhanuddin.

 

Burhanuddin menyebut, tren persaingan antara ketiga tokoh tersebut mirip seperti pacuan kuda. Awalnya pada Februari 2020, Prabowo yang lebih unggul, kemudian disusul Anies di peringkat kedua dan Ganjar di peringkat ketiga. Kemudian pada Januari 2021, Ganjar menyalip Anies dan pada April 2022 Ganjar menyalip Prabowo.

Posisi Prabowo pun juga semakin turun karena disalip oleh Anies yang kemudian menduduki peringkat kedua pada November 2022 setelah dideklarasikan oleh Partai Nasdem sebagai capres. Namun, elektabilitas Anies kemudian mengalami pelemahan dalam beberapa bulan terakhir.

“Dan Pak Prabowo juga surprise itu rebound dalam beberapa bulan terakhir dan elektabilitasnya sekarang menyalip sedikit, kurang lebih sama dengan Anies Baswedan,” ungkap dia.

Survei Indikator kali ini dilakukan dalam dua periode. Periode 9 sampai 16 Februari 2023 dengan mengambil pendapat dari sebanyak 1.220 responden secara proporsional di seluruh provinsi Indonesia.

Metode pengambilan pendapat para responden dengan cara simple random sampling, Indikator mengeklaim tingkat margin of error dalam jajak pendapat periode pertama ini mencapai 2,9 persen dengan tingkat akurasi data mencapai 95 persen.

Adapun survei periode kedua dilakukan pada 12-18 Maret 2023 dengan 800 responden. Metode yang sama, Indikator mengeklaim margin oferror periode kedua yang dilakukan mencapai 3,5 persen, dan kepercayaan 95 persen.

 

 

photo
Elektabilitasn Bakal Capres per Desember 2022 - (Infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement