Jumat 17 Mar 2023 20:38 WIB

TNI: Kelompok Teroris Tebar Hoaks Dua Anggota Tewas Ditembak

Menurut Kapendam Cendrawasih tidak ada prajurit TNI yang cedera apalagi tewas.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Andri Saubani
Pilot Susi Air, Kapten Philip Merthens dalam pengusaan KKB Papua. Belakangan, TNI menyebut KKB menebar hoaks telah menembak mati dua prajurit. (ilustrasi)
Foto: TPNPB OPM
Pilot Susi Air, Kapten Philip Merthens dalam pengusaan KKB Papua. Belakangan, TNI menyebut KKB menebar hoaks telah menembak mati dua prajurit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA — Tentara Nasional Indonesia (TNI) membantah klaim Kelompok Separatisme Teroris (KST) yang mengaku menembak mati dua prajurit militer di Kampung Beoga, Puncak, Papua Tengah, Kamis (16/3/2023). Kapendam Cenderawasih Kolonel Herman Taryaman menegaskan, tak ada satupun prajurit TNI yang cidera, ataupun mengalami luka tembak dalam insiden yang disebut sebagai kontak senjata dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) itu.

“Sudah tidak terhitung KST menebar berita-berita hoaks (bohong). Tidak ada TNI yang tertembak pada tanggal tersebut di Distrik Beoga,” kata Kolonel Herman dalam siaran pers yang diterima Republika, di Jakarta, Jumat (17/3/2023).

Baca Juga

Menurut Herman, informasi yang disebarkan kelompok separatisme bersenjata tersebut melalui media sosial, dan pemberitaan yang beredar, Kamis (16/3/2023) tak benar. Personel TNI di Kampung Beoga, kata dia, semuanya dalam kondisi baik-baik saja.

TNI, pun menanggapi sebaran ultimatum dari kelompok bersenjata itu yang menegaskan larangan terbang di wilayah pegunungan Papua. Dan khususnya, di wilayah udara Kampung Beoga. Ultimatum tersebut, pun dikatakan dengan bernada ancaman akan menembak setiap pesawat yang mengabaikan peringatan larangan tersebut.

Herman menegaskan, ultimatum dan larangan terbang tersebut, cuma cara KST untuk menakut-nakuti. TNI kata dia, tak akan menggubris apa yang menjadi ancaman dari kelompok tersebut.

“Hal tersebut menunjukkan KST ini memang tidak pernah jera melakukan teror terhadap masyarakat, dan menyebarkan berita-berita hoaks di masyarakat sehingga masyarakat menjadi takut dan terganggu,” kata Herman.

Menurut dia, agar masyarakat, pun tak mengindahkan ancaman KST tersebut. “Dan kepada masyarakat kita minta jangan terporovokasi dengan pemberitaan-pemberitaan hoax yang disebar oleh KST. Tetapi, bersama-sama TNI, agar masyarakat juga tetap harus waspada,” terang dia.

TNI, kata Herman, memastikan perlindungan terhadap masyarakat di Papua. Terhadap KST, kata Kolonel Herman, TNI tak akan segan untuk melakukan penindakan hukum, atas teror dan pengancaman-pengancaman yang meresahkan masyarakat di Bumi Cenderawasih.

“Penegkan hukum pasti akan dilakukan oleh TNI, dan Polri,” ujar Kolonel Herman.

KST yang dimaksud oleh TNI, adalah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Versi kepolisian menyebutnya sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Para separatisme bersenjata itu, adalah sayap militer kelompok prokemerdekaan Papua.

Pada Kamis (16/3/2023), kelompok bersenjata itu mengeklaim menembak mati dua personil TNI-Polri di Puncak-Intan Jaya, Papua Tengah. Dua personel keamanan itu disebut tewas dalam kontak senjata yang terjadi di Kampung Beoga, Kamis (16/3/2023) waktu setempat. 

Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan, kontak senjata dengan pasukan Indonesia itu terjadi selama tujuh jam. “TPNPB OPM Kodap VIII Intan Jaya dibawah pimpinan Lewis Kogeya berhasil menembak mati dua anggota TNI-Polri,” kata Sebby dalam siaran pers yang disampaikan wartawan di Jakarta, pada Kamis (16/3/2023).

Sebby mengatakan, kontak senjata tersebut terjadi atas respons TPNPB-OPM terhadap pemerintah Indonesia, yang tetap membuka jalur penerbangan di wilayah Beoga.

“Jika pemerintah Indonesia pusat, dan daerah mengabaikan pernyataan kami (TPNPB OPM) dan masih mau menerbangkan pesawat ke Beoga, maka pasukan TPNPB akan tembak,” kata Sebby.

TPNPB-OPM juga mengultimatum pemerintah Indonesia, untuk menghentikan aktivitas penerbangan yang terjadi di wilayah pegunungan Papua. Kelompok itu menegaskan, akan menembak pesawat-pesawat terbang yang nekat mengabaikan peringatan larangan terbang tersebut.

 

photo
Ilustrasi Anak Sekolah di Papua - (republika/mgrol100)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement