Kamis 09 Mar 2023 18:19 WIB

IDI Tanggapi Fenomena Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri

Pajak hingga peta pasien dinilai memicu masyarakat berobat ke luar negeri.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Petugas kesehatan beraktivitas di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Mayapada Hospital Bandung. Presiden Jokowi berharap kehadiran rumah sakit tersebut dapat mengurangi jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas kesehatan beraktivitas di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Mayapada Hospital Bandung. Presiden Jokowi berharap kehadiran rumah sakit tersebut dapat mengurangi jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Adib Khumaidi mengatakan, persoalan pajak hingga peta perawatan pasien BPJS Kesehatan menjadi faktor pertimbangan masyarakat Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

"Gap yang terjadi antara Indonesia dengan luar negeri, kenapa pembiayaannya lebih murah? Karena masalah utamanya adalah pajak yang perlu jadi perhatian," kata Adib Khumaidi saat menghadiri "Peringatan 3 Tahun Pandemi Covid-19", di Jakarta, Kamis (9/3/2023).

Baca Juga

Menurut Adib, penerapan pajak pada elemen pembiayaan kesehatan merupakan hal yang perlu dilakukan penyesuaian. "Dari sisi nominal pembiayaan antara Indonesia dan Malaysia, di Malaysia lebih murah," kata dia.

Selain persoalan pajak, Adib juga menyoroti kebijakan clinical pathway atau jalur perawatan melalui analisa dan pemeriksaan fisik. Menurut dia, seluruh hasil pemeriksaan terhadap pasien, kemudian disesuaikan dengan prosedur Pedoman Praktik Klinis (PPK) untuk mengukur efisiensi biaya.

"Kalau tidak melakukan clinical pathway dan penyesuaian PPK, nanti ada ketidakefisiensian pembiayaan, kami lihat juga dari sisi BPJS Kesehatan," katanya.

Menurut Adib, situasi itu berbeda dengan pelayanan di luar negeri. "Kalau di luar negeri, biasanya sistem paket, pemeriksaan dilakukan menyeluruh dan dalam satu periode waktu ketemu dokter, sampai hasil pemeriksaan dan dilakukan tindakan," ujarnya.

Adib juga mengkritisi masyarakat Indonesia yang sebenarnya mampu berobat ke luar negeri, tapi berbalik mengandalkan BPJS Kesehatan saat kehabisan dana. "Ada beberapa pasien saya ke luar negeri, dia dioperasi, terus di Indonesia habis uangnya, tidak ada biaya, tapi pakai BPJS Kesehatan bisa," kata dia.

Adib menjamin dokter di Indonesia memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dan fokus untuk melayani rakyat Indonesia, karena sebagian besar pelayanan mereka adalah BPJS Kesehatan. "Yang perlu diperhatikan, secara SDM dokter Indonesia mampu. Bahkan banyak sekali kasus kalau mau kami buka, semuanya dengan BPJS Kesehatan, pasien dengan jantung, dengan operasi bypass, pasien ortopedi, semua ter-cover BPJS Kesehatan tanpa biaya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement