Jumat 03 Mar 2023 10:00 WIB
Lipsus Himbara

Dinamisnya Digitalisasi di Tengah Rendahnya Literasi

Literasi menjadi program bersama industri jasa keuangan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Warga melakukan pembayaran menggunakan fitur pemindai QRIS di Pasar Nyanggelan, Desa Panjer, Denpasar, Bali, Jumat (1/4/2022). Bank Indonesia dan Bank Negara Indonesia (BNI) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Denpasar dalam menerapkan digitalisasi pembayaran pada program Sehat, Inovatif, dan Aman Pakai (SIAP) QRIS di pasar tradisional untuk meningkatkan pelayanan publik dan optimalisasi transaksi belanja secara non tunai berbasis digital sehingga mencegah peredaran uang palsu serta mengurangi kontak fisik antara pedagang dan konsumen dalam pencegahan penyebaran COVID-19.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Warga melakukan pembayaran menggunakan fitur pemindai QRIS di Pasar Nyanggelan, Desa Panjer, Denpasar, Bali, Jumat (1/4/2022). Bank Indonesia dan Bank Negara Indonesia (BNI) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Denpasar dalam menerapkan digitalisasi pembayaran pada program Sehat, Inovatif, dan Aman Pakai (SIAP) QRIS di pasar tradisional untuk meningkatkan pelayanan publik dan optimalisasi transaksi belanja secara non tunai berbasis digital sehingga mencegah peredaran uang palsu serta mengurangi kontak fisik antara pedagang dan konsumen dalam pencegahan penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Didik Madiyono mengatakan, semakin berkembangnya dunia digital menuntut perbankan menyiapkan layanan digital yang mumpuni.

Di tahun 2023, pengguna internet mencapai 204,7 jiwa atau setara 73,7 persen dari total populasi Indonesia. Rata-rata penduduk usia 16 sampai 45 tahun menggunakan internet selama tujuh jam 42 menit.

Baca Juga

Oleh karenanya digitalisasi perbankan bakal terus diminati, terlebih minat pembayaran secara tunai terus berkurang dan digantikan dengan pembayaran seperti uang elektronik, dompet digital, dan metode pembayaran digital lainnya. Data transaksi uang elektronik selama kurun waktu 2022 tercatat 6,9 miliar kali dengan nilai transaksi Rp 408 triliun.

“Dan hal ini akan masih berlanjut karena masyarakat saat ini makin nyaman menggunakan transaksi digital yang praktis, mudah, cepat dan ramah," kata Didik dalam Jateng Digital Conference yang disiarkan secara daring di Channel Youtube AMSI Jateng, Rabu (1/3/2023).

Namun sayangnya, di tengah tuntutan layanan digital perbankan, literasi keuangan masyarakat Indonesia masih sangat rendah, terutama di sejumlah daerah. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia, Sunarso mengatakan literasi masyarakat daerah adalah hal krusial.

“Poin penting digitalisasi adalah ketika kita masuk ke micro finance. Apakah masyarakat kita sudah sedemikian digital? Jawabannya belum karena belum semua," ungkap Sunarso.

Oleh karenanya, BRI mengadopsi konsep hybrid bank untuk melayani masyarakat yang sudah melek digital dan transaksi keuangan secara digital. Sementara masyarakat yang belum terbiasa digital, BRI menghadirkan 600 ribu agen BRILink di seluruh Indonesia.

"Sebelum bisa digital ya mereka nggak bisa konsumsi. Oleh karena itu digitalisasi di BRI untuk mengantisipasi satu masyarakat yang sudah digital. Mungkin anak-anak muda di urban itu sudah butuh. Tapi kalau semua kami full digitalkan produk kami, siapa yang menangani emak-emak di pelosok Tanah Air. Jadi kami tawarkan konsep hybrid bank," terang Sunarso.

Para pelaku usaha juga sudah akrab dengan dunia digital. Meski literasi terkait produk keuangannya masih sangat terbatas.

"Mereka juga lebih memilih institusi finansial yang mereka sebut locally embedded. Karena mereka ada masalah lain," terangnya.

Dalam mendukung perbankan digital, BRI juga terus melakukan pengembangan digitalisasi layanan dan penguatan dari sisi keamanan seperti cybersecurity. BRI menyiapkan modal atau capital expenditure (capex) yang lebih besar lagi di tahun ini. Jika tahun lalu alokasi capex sebesar Rp 4,5 triliun, maka tahun 2023 dianggarkan meningkat 10 persen dari serapan tahun lalu.

Sama halnya dengan BRI, Bank Mandiri yang mengalokasikan lebih dari Rp 2,5 triliun untuk belanja modal atau capex IT di tahun ini. Jumlah ini meningkat dari alokasi capex IT di tahun 2022 sebesar Rp 2,2 triliun. Bank BUMN lainnya yakni Bank Tabungan Negara juga menganggarkan capex IT di kisaran Rp 500 miliar lebih, pada tahun 2023 ini, meningkat dari alokasi capex IT di tahun 2022 lalu yang sebesar Rp 400 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement