REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar merapatnya eks ketua umum Partai Hanura, Wiranto, ke Partai Amanat Nasional (PAN) semakin kencang. Bahkan, sejak isu ini merebak, baik Hanura maupun PAN tidak pernah memberikan bantahan terkait kabar tersebut.
Belakangan, kader-kader PAN sudah mulai terbuka menyatakan kalau kabar kader baru mereka itu akan diumumkan secara resmi akhir Februari ini. PAN sendiri memiliki satu agenda Rakornas di Semarang pada 26 Februari 2023 mendatang.
Pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farchan mengatakan, dalam alam demokrasi perpindahan tokoh politik dari satu partai ke partai lain sangat dimungkinkan. Tentu, dari satu sisi PAN diuntungkan dengan masuknya Wiranto.
Bahkan, tidak masalah jika Wiranto pernah memiliki sejarah membangun satu kendaraan partai politik bernama Partai Hanura. Yusak mengingatkan, jauh sebelum itu Wiranto pernah pula jadi bagian penting Partai Golongan Karya (Golkar).
"Tentu ini menjadi nilai plus bagi Pak Wiranto," kata Yusak kepada Republika, Senin (20/2/2023).
Terkait timbal balik yang ada, ia menilai, PAN akan diuntungkan dengan kehadiran sosok politikus senior seperti Wiranto. Apalagi, Wiranto figur yang memiliki latar belakang militer, dirasa punya jaringan luas dan berpengalaman memimpin partai.
"Sedangkan, Pak Wiranto diuntungkan memiliki kendaraan baru parpol," ujar Yusak.
Ia menambahkan, perpindahan tokoh-tokoh politik dari satu partai ke partai lain merupakan realitas yang terbilang wajar. Termasuk, jika yang berpindah merupakan eks ketua umum dari partai tersebut maupun pendiri dari partai-partai asalnya.
Wiranto sendiri beberapa waktu terakhir memang tidak menempati posisi khusus dalam kepengurusan Partai Hanura. Dibanding kader-kader Hanura, Wiranto lebih banyak terlihat bersama tokoh-tokoh di Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).