REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak usaha PT Telkom Indonesia, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menandatangani perjanjian penjualan bersyarat (CSPA) menara telekomunikasi milik IOH sebanyak 997 menara telekomunikasi.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy mengatakan aksi korporasi perseroan ini akan menambah aset dan tenant Mitratel, antara lain IOH dan penyewa Menara dari mitra bisnis lainnya.
"Adapun transaksi antara Mitratel dan IOH itu diproyeksikan rampung pada kuartal I 2023," ujar Teddy dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (19/2/2023).
Teddy menyampaikan kolaborasi ini dapat memperkuat dan memantapkan posisi MTEL sebagai pemilik menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara yang independen dan terpercaya. Teddy mengapresiasi kolaborasi perseroan dengan IOH yang kian memperkokoh Mitratel sebagai pemilik menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Teddy, penambahan 997 menara telekomunikasi ini memperkuat ekosistem Mitratel di bisnis menara telekomunikasi, menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi seluruh operator telekomunikasi serta mengakselerasi peluang pertumbuhan kolokasi menara Mitratel, serta menyokong serangkaian usaha Mitratel untuk pengembangan bisnis menjadi end-to-end Digital Infrastructure Company.
"Tidak kalah pentingnya adalah bahwa akuisisi juga merupakan penegasan bahwa Mitratel perusahaan penyedia Menara yang independen dan sangat dipercaya operator seluler di Indonesia," ucap Teddy.
Teddy meyakini kesepakatan tersebut memberikan manfaat untuk pertumbuhan bisnis berkelanjutan untuk Mitratel dan IOH. Mitratel berupaya menjadi perusahaan yang berorientasi pada Leading Sustainable Growth. Perjanjian CSPA dengan IOH melanjutkan pertumbuhan anorganik di tahun-tahun sebelumnya. Pada 2022, ucap Teddy, Mitratel mengakuisisi menara telekomunikasi sebanyak 6.088 unit dan 6.012 kilometer (km) fiber optic.
"Akuisisi ini merupakan usaha Mitratel untuk memantapkan posisi sebagai konsolidator infrastruktur telekomunikasi (menara dan fiber) utama di Indonesia," sambung dia.
Sejalan dengan akuisisi menara, Teddy sampaikan, MTEL juga menjalankan program peningkatan tenancy ratio melalui penyediaan konektivitas berkapasitas tinggi dengan penggelaran fiber optic dan layanan satelit, serta penyediaan daya (power to tower) yang akan memberikan dukungan penuh kepada operator telekomunikasi. Teddy optimistis pertumbuhan pendapatan Mitratel ke depan akan tumbuh di atas rata-rata industri dengan adanya aksi korporasi akusisi ini yang dibarengi dengan peningkatan tenancy ratio.
"Perseroan juga meyakini tingkat profitabilitas yaitu margin EBITDA kian meningkat seiring peluang pertumbuhan kolokasi menara," lanjut Teddy.
Secara konsolidasi, Teddy memaparkan pada sembilan bulan pertama 2022, Mitratel mencetak margin EBITDA sebesar 78,5 persen atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 75,7 persen. Teddy menyebut margin EBITDA dari segmen penyewaan menara telekomunikasi tercatat sebesar 85.2 persen.
Teddy menjelaskan, akuisisi ini merupakan kesempatan yang baik untuk mendapatkan ratusan aset menara telekomunikasi dengan spesifikasi dan lokasi strategis dalam rentang waktu yang cukup singkat yang tidak dapat dicapai dengan pengembangan organik.
"Fokus Mitratel bergerak untuk meningkatkan fundamental melalui monetisasi aset. Mitratel sebagai Tower Provider akan terus agresif memonetisasi asetnya sehingga membuka peluang pertumbuhan bisnis di masa mendatang," kata Teddy menambahkan.