Rabu 08 Feb 2023 18:48 WIB

Kasus Oknum Densus, DPR Puji Respons Cepat dan Ketegasan Polisi

Polisi tidak menutup-nutupi kasus oknum Densus lakukan pembunuhan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Joko Sadewo
Anggota Komisi III yang juga Wakul Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR Habiburokhman memuji sikap polisi yang merespon cepat dan tegas kasus pembunuhan yang dilakukan Densus 88.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Anggota Komisi III yang juga Wakul Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR Habiburokhman memuji sikap polisi yang merespon cepat dan tegas kasus pembunuhan yang dilakukan Densus 88.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR RI, Habiburokhman menilai, fenomena oknum sebenarnya ada di semua institusi, tidak cuma Polri. Hal terpenting, Polri sudah merespons cepat dan menindak anggotanya.

Hal ini disampaikan Anggota Komisi III DPR RI, Habiburokhman menyikapi kasus  pembunuhan sopir taksi daring di Depok, yang dilakukan Bripda HS. "Fenomena oknum sebenarnya ada di semua institusi, tidak cuma Polri," kata Habiburokhman, Rabu (8/2/2023).

Dicontohkannya, di DPR tentu tidak semua anggotanya bagus. Pasti ada nol koma berapa persen yang bermasalah. Contoh lain, wartawan, tentu tidak semua bagus karena pasti ada pula oknum-oknum bermasalah, entah itu di PWI, AJI, pasti tetap ada yang bermasalah. "Yang paling penting bagaimana respon atau tindakan terhadap anggota yang melanggar," kata Habib.

Ia melihat, respons tindakan dari Polda Metro Jaya sudah sangat bagus dalam kasus ini. Pertama, kasus tidak ditutupi dan diumumkan kepada publik. Kedua, kepada yang bersangkutan langsung dilakukan penindakan tegas, ditangkap dan ditahan.

Habib berpendapat, itu merupakan respon tindakan yang sangat positif dari Polri dan perlu diapresiasi. Artinya, sekalipun pelaku tindak pidana merupakan anggota Densus 88, Polri tidak pandang bulu dan langsung melakukan langkah penindakan. Menurut Habib, itu merupakan respons yang sangat positif. Bahkan, ia menilai, ini merupakan salah satu bukti kalau proses reformasi yang ada di tubuh Polri memang berjalan. Artinya, tidak ada upaya-upaya membela yang bersalah walau satu korps.

"Ini salah satu contoh positif," ujar Habib.

Di sisi lain, ia mengingatkan, kinerja Polri belakangan ini sangat bagus. Misal, kasus mutilasi yang sudah berlarut bisa terungkap, kasus pembunuhan dengan racun bisa terungkap walau minim saksi atau kasus anak disandera bisa diselamatkan. "Jadi, jangan nila setitik rusak susu sebelanga," kata Habib.

Justru, Habib menambahkan, sebaliknya apa yang dilakukan Polri merupakan satu pembuktian kalau mereka bekerja benar-benar maksimal. Karenanya, ia merasa, langkah yang dilakukan Polri ini seharusnya mendapatkan satu apresiasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement