Kamis 02 Feb 2023 18:12 WIB

Ada 3.637 Balita Stunting di Kota Depok, Dipicu Pola Makan dan Asuh

Ribuan balita stunting tidak hanya ditangani Dinkes Kota Depok, juga OPD lainnya.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Mary Liziawati.
Foto: Dok Pemkot Depok
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Mary Liziawati.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mencatat, ada 3.637 balita dengan stunting di wilayahnya menurut bulan penimbangan balita terakhir pada Agustus 2022. Instansi tersebut mengatakan kasus stunting di Depok berlatar dari beragam penyebab yang melandasinya, seperti ekonomi hingga pola asuh.

"Banyak faktor, faktor ekonomi mungkin ada faktor pola makan, pola asuh juga ada,"kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Mary Liziawati kepada Republika.co.id di Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (2/1/2023).

Dia mengaku, belum mendapatkan data secara utuh untuk menyebut penyebab balita stunting. Pun dengan faktor dominan pemicunya.

"Jadi kita baru bisa menyampaikan tentang faktor penyebabnya, ada penyebab faktor ekonomi, ada faktor pola asuh, pola makan. Ada juga memang yang punya penyakit bawaan yang memang pertumbuhannya menjadi terganggu walaupun itu sedikit, nggak banyak," kata Mary.

Adapun penyebab stunting karena masalah sanitasi yang belum layak, sambung dia, faktor itu di Kota Depok saat ini sudah minim. Hal itu karena seluruh kelurahan atau 63 kelurahan di Kota Depok telah mendeklarasikan bebas dari buang air besar sembarangan (BABS) atau open defecation free.

Menurut Mary, masalah stunting di wilayahnya ditangani bersama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lain. Di antaranya, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) hingga Dinas Perumahan dan Permukiman (Disrumkim) Kota Depok.

"Ada intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Kita bidang kesehatan, Dinas Kesehatan tanggung jawabnya di intervensi spesifik. Spesifiknitu pada pemulihan kondisi balitanya, pemberian makanan tambahan, terus pencegahan kepada remaja putri dikasih tambah darah. Itu bagian dari tangungjawab dinkes," ujarnya.

"Ada intervensi sensitif, itu yang lain lain di luar kesehatan, ada di DP3AP2KB terkait pendampingan keluarga risiko stunting. Kemudian juga dari dinas lain temasuk dari bagaimana sanitasi di keluarga itu," kata Mary.

Bulan penimbangan balita tahun ini akan kembali dilakukan pada Februari. Sehingga Dinkes, katanya, akan terus memantau perkembangan kasus stunting di Depok. "Nanti kita evaluasi lagi, ini kan Februari 2023 ada bulan penimbangan balita, tiap tahun ada dua kali, yaitu Februari dan bulan Agustus. Ini nanti akan kita evaluasi di bulan penimbangan balita di bulan Februari ini datanya seperti apa," ucap Mary.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement