REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang menyatakan, berkurangnya jumlah produksi pabrik karet di kota berpenduduk 900 ribu jiwa itu mempengaruhi kualitas air sungai di daerah setempat menjadi lebih baik. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Mairizon di Padang, Rabu (1/2/2023), mengatakan, pada saat ini sejumlah pabrik karet di Padang hentikan operasi dan mengurangi produksi mereka. Hal ini berdampak pada kualitas air sungai di daerah setempat menjadi lebih baik.
Ia mengatakan, seperti PT Lembah Karet yang saat ini sudah tutup atau tidak lagi beroperasi, kemudian PT BHB juga tidak lagi beroperasi sejak Januari 2023 hingga waktu yang tidak ditentukan. Selain itu ada empat perusahaan karet masih beroperasi, namun kapasitas produksi mereka sudah menurun, yakni PT Abaisiat Raya, PT Kilang Lima Gunung, PT Teluk Luas dan PT Famili Raya.
"Perusahaan itu masih beroperasi tapi dengan kapasitas yang menurun karena ketersediaan bahan baku yang sedikit," kata dia.
Menurut dia, pencemaran aliran air sungai dari limbah karet di kota setempat sudah terjadi selama bertahun-tahun. Namun, untuk menguji perubahan kualitas lingkungan atau air butuh waktu meski proses produksi telah berhenti
Ia mengatakan, penghentian operasional pabrik karet tersebut, berpengaruh terhadap kualitas air sungai yang selama ini tercemar limbah pabrik karet. Namun, untuk mengetahui perubahan diperlukan waktu untuk menguji kualitas air sungai, pasca penghentian operasional.
Menurut dia, secara aturan limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan karet merupakan limbah mutu. Namun, karena dilakukan secara berkelanjutan akan mempengaruhi kualitas air sungai yang dicemarinya.
"Kondisi sekarang ada beberapa pabrik yang berkemungkinan besar tutup atau minimal terjadi penurunan produksi itu secara signifikan akan menyebabkan perbaikan kualitas sungai yang selama ini dicemarinya," kata dia.