Kamis 02 Feb 2023 05:25 WIB

Pengamat: Reshuffle Rabu Pon tak Terealisasi, Jokowi Pertahankan Nasdem

Jokowi dinilai masih membutuhkan Nasdem di koalisi.

Rep: Febrian Fachri  / Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) dalam peresmian gedung Nasdem Tower di Menteng, Jakarta, Selasa (22/2/2022). Selain sebagai kantor pusat Partai Nasdem, gedung setinggi 23 lantai dengan luas 30.000 meter persegi tersebut difasilitasi dengan ballroom, ruang siber dan digitalilasi, serta perpustakaan.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) dalam peresmian gedung Nasdem Tower di Menteng, Jakarta, Selasa (22/2/2022). Selain sebagai kantor pusat Partai Nasdem, gedung setinggi 23 lantai dengan luas 30.000 meter persegi tersebut difasilitasi dengan ballroom, ruang siber dan digitalilasi, serta perpustakaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu reshuffle kabinet oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu (1/2/2023) ternyata tidak menjadi realita. Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan Rabu Pon 1 Februari 2023 telah gagal menjadi momentum reshuffle kabinet.

Menurut Arifki, pertemuan Jokowi dengan Surya Paloh di istana beberapa hari lalu telah menghasilkan keuntungan untuk kedua belah pihak. 

Baca Juga

"Asumsinya, menteri dari Nasdem dipertahankan, lalu Nasdem bakal menjaga Jokowi sampai dengan tahun 2024," kata Arifki, Rabu. 

Lalu alasan kedua, menurut Arifki, Presiden Jokowi masih berat hari ditinggalkan oleh Partai Nasdem. Karena sejak awal 2014 lalu, Nasdem merupakan partai kedua setelah PDIP yang mengusung Jokowi. 

Ketika pemerintahan Jokowi sudah berjalan dua periode, Arifki melihat Nasdem menjadi partai yang paling mudah diajak kompromi oleh presiden.  "Meskipun Jokowi kader PDIP, ia lebih mudah membangun kesempatan dengan Nasdem dan Golkar. Pilihan mempertahankan Nasdem langkah Jokowi menjaga keseimbangan politik di sekelilingnya," ujar Arifki. 

Ia juga melihat kepintaran Surya Paloh dalam percaturan politik. Ketika melihat partai koalisi pendukung pemerintah mulai tidak nyaman dengan Nasdem, Paloh tahu kemana ia harus 'mengadu'. Pilihannya adalah Partai Golkar yang notabene adalah partai masa lalu Surya Paloh. 

"Bang Surya yang memiliki romantisme sejarah yang kuat dengan Golkar tentu lebih mudah untuk memperoleh dukungan, apalagi keduanya sama-sama partai pendukung pemerintahan Jokowi," kata Arifki menambahkan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement