REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGI -- Pedagang kaki lima (PKL) di seputar Jam Gadang Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, resmi menggunakan seragam pakaian adat sebagai inovasi baru arahan Pemerintah Kota setempat untuk mendukung kemajuan sektor wisata di daerah itu. "Para PKL menggunakan pakaian adat demi memperbaiki layanan Bukittinggi dalam kepariwisataan untuk selalu memperbaiki diri demi kemajuan wisata," kata Wali Kota Bukittinggi Erman Safar di Bukittinggi, Rabu (1/2/2023).
Selain PKL, ia juga meminta petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) mengenakan penutup kepala dari seragam adat daerah. Menurutnya, khusus PKL di jalur perindustrian Jam Gadang, Pemkot juga menambahkan bantuan berupa gerobak mini dengan tampilan menarik yang digunakan pedagang berjualan.
"Kami berikan bekal nilai-nilai kebudayaan, PKL dengan tampilan baru pakaian adat dan petugas keamanan agar menjadi penarik pengunjung berwisata ke Bukittinggi," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk pedagang pria akan memakai baju betwarna hitam Taluak Bulango (baju khas minangkabau), celana batik dan pakai penutup kepala yang disebut Deta. "Untuk pedagang yang perempuan memakai baju kurung atau gamis warna hitam. Itu kami akan berikan, juga tanda pengenal resmi," katanya.
Ia menyebutkan, sebanyak lebih kurang 490 PKL telah didata dengan lokasi berjualan di antaranya di Jalan Cindua Mato, Jalan Minangkabau, Pasar Atas, Pasar Lereng, Jenjang Gudang dan khususnya seputaran Jam Gadang. "Garis besarnya adalah dengan ekonomi sulit. Kami carikan solusinya PKL dibekali nilai-nilai kebudayaan dalam bentuk pakaian, tata cara dan aturan dalam berjualan, kemudian kehadiran mereka jadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung," sebutnya.
Seorang pengunjung Taman Jam Gadang, Fadli (42) mengatakan ketertarikannya dengan inovasi yang dilakukan Wali Kota Erman Safar untuk pedagang. "Pemandangan menjadi lebih teduh dengan seragam adat yang digunakan pedagang, lebih rapi, tidak lagi semrawut. Bukittinggi semakin diminati wisatawan tentunya," katanya.
Ia menambahkan, harapannya agar tampilan pedagang dengan seragam adat dapat dipertahankan seterusnya agar bisa membedakan antara pedagang resmi dan tidak. "Apalagi jelang puasa dan lebaran nanti, pasti wisatawan akan lebih rami, inovasi dari Pemkot Bukittinggi menjadi ketertarikan tersendiri bagi kami agar spot kunjungan terus diperbarui," sebutnya.