Kamis 26 Jan 2023 00:33 WIB

Status Gunung Anak Krakatau Masih Siaga

Gunung Anak Krakatau mulai bergejolak beberapa hari terakhir.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Andri Saubani
Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda mengalami erupsi dan mengeluarkan kolom abu setinggi 2.000 meter, pada Ahad (17/7) pukul 08.47 WIB.
Foto: PVMBG
Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda mengalami erupsi dan mengeluarkan kolom abu setinggi 2.000 meter, pada Ahad (17/7) pukul 08.47 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau (GAK) mulai bergejolak beberapa hari terakhir. Status GAK masih berada pada Level III atau Siaga, warga masih tetap dilarang mendekat GAK dalam radius lima kilometer.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah melarang warga terutama nelayan mendekati area GAK dalam radius lima kilometer dari kawah GAK. Aktivitas GAK pada Selasa (24/1/2023) terjadi 11 kali letusan, dan pada Rabu (25/1/2023) hanya tiga kali.

Baca Juga

Sedangkan ketinggian kolom abu letusan mencapai 457 meter di atas permukaan laut (Mdpl), dan kolom abu letusan yang tebal tersebut mengarah pada bagian timur GAK.

“Masih status siaga atau level III, masyarakat masih tetap dilarang mendekat radius lima kilometer,” kata Petugas Pos Pemantauan GAK di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan Suwarno, Rabu (25/1/2023).

Dia mengatakan, meski ada aktivitas vulkanis atau erupsi GAK beberapa hari terakhir, warga yang berada di pesisir Selat Sunda tidak perlu khawatir dan tetap tenang, akan tetapi tetap waspada. Menurut dia, bila terjadi perubahan dalam aktivitas GAK ke depan, warga dapat menanyakan langsung kepada pos pemantau, sehingga informasi yang diperoleh valid dan tidak meresahkan. 

Yusuf, warga di Pulau Sebesi mengatakan, semburan abu GAK dapat dilihat jelas oleh warga dari Pulau Sebesi yang terdekat dengan GAK. Sedangkan pada malam hari, aktivitas erupsi GAK yang memancarkan pijar merah juga dapat disaksikan dengan mata secara jelas.

“Kalau di Pulau Sebesi sudah biasa melihat adanya bunyi letusan, pijar merah ke langit, dan juga awan atau abu yang naik ke atas,” kata Yusuf. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement