REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA P- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekam aktivitas erupsi berupa lontaran lava setinggi lebih kurang 350 meter pada puncak Gunung Anak Krakatau di Provinsi Lampung. Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan erupsi itu terjadi Selasa (24/1/2023) pukul 21.13 WIB.
"Sinar api teramati tinggi lebih kurang 350 meter," kata Hendra.
Gunung Anak Krakatau saat ini masih berada pada Status Level III atau Siaga dengan rekomendasi masyarakat agar tidak mendekati gunung api tersebut atau tidak beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah aktif.
Sepanjang Selasa, PVMBG mencatat ada tiga kali erupsi yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau. Erupsi pertama terjadi pukul 18.50 WIB, tinggi kolom erupsi tidak teramati. Berselang satu jam kemudian, erupsi kembali terjadi pukul 19.57 WIB dengan tinggi kolom abu lebih kurang 300 meter di atas puncak, kolom abu tampak berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur.
Catatan sejarah kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau sejak lahirnya 11 Juni 1930 hingga 2000, telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif. Dari sejumlah letusan tersebut, umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya.
Waktu istirahat berkisar antara satu sampai delapan tahun dan umumnya terjadi empat tahun sekali berupa letusan abu dan lelehan lava.
Kegiatan terakhir Gunung Anak Krakatau, yaitu letusan abu dan leleran lava berlangsung mulai 8 Nopember 1992 menerus sampai Juni 2000. Jumlah letusan per hari tercatat oleh sesimograf yang ditempatkan di Pos Pengamatan Gunung Api Pasauran, sedangkan jumlah material vulkanik yang dikeluarkan selama letusan tersebut mencapai 13 juta meter kubik terdiri dari lava dan material lepas berkomposisi andesit basaltis.