Senin 23 Jan 2023 14:48 WIB

Survei: Hampir 50 Persen Masyarakat Nilai Harga BBM dan Sembako tidak Terjangkau

Survei LSI sebut 73 persen masyarakat sebut sembako tersedia tapi tak terjangkau

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax ke sepeda motor di salah satu SPBU Kota Ternate, Maluku Utara.  Hampir 50 persen masyarakat yang menyatakan harga bahan bakar minyak (BBM) dan sembako belum atau tidak terjangkau. Ini berdasarkan hasil survei Lembaga survei Indonesia (LSI) tentang Kinerja Presiden, Pencabutan PPKM, Ketersediaan Bahan Pokok dan BBM, serta Peta Politik Terkini kepada 1.221 responden selama rentang 7-11 Januari 2023.
Foto: ANTARA/Andri Saputra
Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax ke sepeda motor di salah satu SPBU Kota Ternate, Maluku Utara. Hampir 50 persen masyarakat yang menyatakan harga bahan bakar minyak (BBM) dan sembako belum atau tidak terjangkau. Ini berdasarkan hasil survei Lembaga survei Indonesia (LSI) tentang Kinerja Presiden, Pencabutan PPKM, Ketersediaan Bahan Pokok dan BBM, serta Peta Politik Terkini kepada 1.221 responden selama rentang 7-11 Januari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir 50 persen masyarakat yang menyatakan harga bahan bakar minyak (BBM) dan sembako belum atau tidak terjangkau. Ini berdasarkan hasil survei Lembaga survei Indonesia (LSI) tentang Kinerja Presiden, Pencabutan PPKM, Ketersediaan Bahan Pokok dan BBM, serta Peta Politik Terkini kepada 1.221 responden selama rentang 7-11 Januari 2023.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, meski dari ketersediaan BBM dan sembako, responden menyatakan cukup tersedia yakni 74 persen untuk sembako dan BBM 63 persen, tetapi tidak dari segi keterjangkauan.

"Ini masyarakat kita menilai harga sembako sama harga BBM itu hampir 50 persen menyatakan harga sembako sama harga BBM masih belum atau tidak terjangkau," ujar Djayadi dikutip dari paparan rilisnya, Selasa (23/1/2023).

Dia melanjutkan, khusus keterjangkauan harga BBM terbelah antara masyarakat yang menilai terjangkau yakni 48 persen menyatakan harganya terjangkau dan 46 persen menyatakan harganya kurang atau sangat tidak terjangkau.

Sedangkan untuk sembako 46 persen menyatakan tidak terjangkau dan 52 persen menyatakn terjangkau. "BBM masih tetap menjadi isu penting, demikian juga dengan sembako," ujarnya.

Djayadi menguraikan, dari segi gender, responden yang menyatakan harga BBM dan sembako tidak terjangkau yakni kalangan perempuan.

Sementara dari segi etnis, yang menyatakan tidak terjangkau paling banyak dari etnis Sunda yakni 62 persen, disusul etnis Betawi 57 persen, kemudian kalangan Melayu 60 persen.

Sedangkan dari kalangan usia dan latar belakang pendidikan tidak terlihat pola memperngaruhi.

"Dari segi pekerjaan lagi-lagi kita bisa lihat di sini kalangan ibu-ibu rumah tangga itu yang paling banyak menyatakan harga sembako tidak terjangkau atau kurang terjangkau dan ibu-ibu rumah tangga juga yang menyatakan harga BBM tidak terjangkau atau kurang terjangkau," ujarnya.

Selain itu, dilihat persentase di desa kota yang menyatakan sembako terjangkau tidak berbeda jauh yakni 53 persen berbanding 51 persen. Untuk BBM sedikit lebih banyak orang di wilayah perkotaan yang menyatakan harga BBM terjangkau dan di wilayah pedesaan lebih banyak yang menyatakan harga BBM kurang atau tidak terjangkau.

Berdasarkan wilayah, Sumatera lebih banyak yang menyatakan harga BBM tidak terjangkau, kemudian Banten, DKI, Jawa Barat, dan Kalimantan.

"Wilayah lainnya sebaliknya. Lebih banyak yang menyatakan BBM itu terjangkau dibandingkan dengan tidak terjangkau," ujarnya.

Survei LSI tentang Kinerja Presiden, Pencabutan PPKM, Ketersediaan Bahan Pokok dan BBM, serta Peta Politik Terkini dilakukan melalui telepon dengan metode random digit dialing (RDD) atau secara acak kepada 1.221 responden. Survei yang dilakukan pada 7-11 Januari 2023 ini memiliki tingkat kepercayaan 95 pesen dan margin of error 2,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement