Senin 16 Jan 2023 05:07 WIB

Menunggu Kabar Baik dari Sepak Bola Indonesia

Erick Thohir dan La Nyalla Mattalitti maju sebagai calon ketua umum PSSI.

Kiper Timnas Indonesia Nadeo Argawinata (kedua kanan) bersama rekan-rekannya duduk lesu usai kalah dari Timnas Vietnam dalam pertandingan leg 2 babak Semi Final Piala AFF 2022 di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, Senin (9/1/2023). Indonesia gagal lolos ke babak final usai kalah 0-2 dari Vietnam.
Foto:

Kedua, prestasi timnas. Selepas Piala AFF 2022, empat agenda besar menanti timnas Indonesia pada 2023. Pertama, Piala Asia U-20 2023 di Uzbekistan pada 1-18 Maret 2023. Kemudian, SEA Games 2023 di Kamboja. pada 5-16 Mei 2023. Berlanjut Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia pada 20 Mei -11 Juni 2023. Terakhir, Piala Asia 2023 pada 16 Juni -16 Juli 2023 dengan tuan rumah yang belum ditentukan.

Untuk dua agenda terakhir, rasanya mustahil untuk juara. Bahkan sekadar lolos grup saja merupakan hal yang mewah. Namun peluang sedikit lebih besar mungkin ada pada Piala Asia U-20. Yang terbesar tentu saja SEA Games 2023. Indonesia terakhir meraih emas sepak bola SEA Games pada 1991.

Dengan kalkulasi pengurus baru PSSI sudah terpilih pada Februari, persiapan timnas untuk berlaga di SEA Games mungkin hanya tersisa sekitar dua bulan. Jika timnas berhasil membawa pulang emas dari Kamboja, kredit besar pasti langsung didapatkan pengurus baru entah itu di bawah pimpinan La Nyalla atau Erick.

Membenahi sepak bola Indonesia butuh waktu yang tak sebentar andai mendapatkan emas SEA Games, bukan berarti langkah pembenahan sepak boal selesai. Itu hanya modal awal merebut hati pecinta sepak bola kita yang mulutnya setajam silet dan jarinya ringan sekali menuliskan keluhan dan umpatan di media sosial. PR yang banyak itu untuk mebentuk tata kelola sepak bola yang baik mesti dituntaskan. Impiannya tentu saja demi prestasi yang bertahan dan berkelanjutan, tak sekadar one hit wonder. Kita pasti ingin seperti Vietnam dan Thailand yang selalu punya timnas yang kuat karena bermodal kompetisi yang dikelola dan berjalan bagus.

Saya tidak hendak membahas kapasitas La Nyalla dan Erick di sini. Semua pasti sudah mengetahui rekam jejak keduanya. La Nyalla dan punya keunggulan masing-masing. Saya hanya mengharapkan, siapa pun yang nanti bertugas memimpin PSSI punya kekuatan lebih untuk memimpin roda organisasi olahraga yang paling populer di Indonesia ini. 

"Saya rindu menuliskan berita sepak bola yang isinya prestasi, bukan konflik," kata seorang sahabat jurnalis. Ya, saya juga. Semoga itu bisa terwujud. Kalau boleh tahun ini, mengapa tidak?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement