REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyatakan, aktivitas penerbangan di Bandara tidak terdampak dengan adanya erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Tidak ada penundaan penerbangan dari dan menuju Lombok.
"Sampai saat ini belum ada dampak," kata Humas PT Angkasa Pura I Bandara Lombok, Arif Haryanto di Praya, Sabtu (14/1/2023).
Aktivitas penerbangan dari Bandara Lombok menuju Surabaya maupun penerbangan domestik serta Internasional tetap normal, tidak ada penundaan penerbangan yang dilakukan. Ia mengatakan, penggerakan penumpang di Bandara Lombok masih rata-rata di angka 5.300 penumpang per hari selama dua pekan Januari 2023 ini.
"Penundaan penerbangan tidak ada, semua normal," katanya.
Sebelumnya, Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) kembali erupsi dengan ketinggian asap mencapai 500 hingga 1.000 meter pada Jumat (13/01/2022).
"Berdasarkan laporan yang kami terima, letusan teramati sebanyak 4 kali dengan tinggi asap sekitar 500-1.000 meter, warna asap putih kelabu condong ke arah utara dan barat daya," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo.
Berdasarkan laporan tertulis petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur pada periode 13 Januari 2023 pukul 06.00-12.00 WIB menyebutkan secara visual juga teramati guguran sebanyak tiga kali dengan jarak luncur 800 meter ke arah Besuk Kobokan.
"Untuk aktivitas kegempaan tercatat letusan sebanyak 19 kali dengan amplitudo 13-22 mm, kemudian guguran sebanyak satu kali dengan amplitudo 4 mm, hembusan satu kali dengan amplitudo 3 mm, dan tektonik jauh sebanyak dua kali dengan amplitudo 10-20 mm," tuturnya.
Ia menjelaskan aktivitas Gunung Semeru setiap hari mengalami erupsi dan hal tersebut merupakan hal yang wajar seiring dengan status gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut berada pada level III atau Siaga.
"Sejauh ini tidak ada dampak yang terjadi akibat erupsi Semeru yang mengeluarkan asap dengan ketinggian 1.000 meter, namun Tim Reaksi Cepat (TRC) terus memantau perkembangan di lapangan," katanya.
Sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).