Selasa 10 Jan 2023 18:20 WIB

Alumni Ingatkan Rektor Unila Terpilih Punya PR Besar untuk Pulihkan Nama Baik Kampus

Rektor Unila terpilih diharapkan pintar memilih kabinet.

Tersangka Rektor nonaktif Universitas Lampung (Unila) Karomani (kanan) berjalan menuju mobil tahanan usai diperiksa di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Tersangka Rektor nonaktif Universitas Lampung (Unila) Karomani (kanan) berjalan menuju mobil tahanan usai diperiksa di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Alumni Unila Bersatu (AUB) mengingatkan rektor Unila terpilih, Lusmeilia Afriani, akan banyaknya pekerjaan rumah (PR) yang dihadapi demi memulihkan nama baik Unila dan mendorong kemajuan di kampus tersebut. AUB meminta Lusmeilia menggunakan otoritasnya secara cerdas untuk membentuk 'kabinet' yang bersih, profesional, dan berwawasan kebangsaan.

AUB lewat Edy Karizal, juru bicara AUB menyatakan, Lusmeilia perlu mengakui sistem yang berjalan di Unila saat ini sangat bermasalah. "Tertangkapnya rektor Karomani, ketua senat, dekan, dan para pejabat penting Unila karena kasus korupsi oleh KPK, jelas-jelas menunjukan kerusakan yang sangat sistemik di Unila," ujar dalam keterangannya dari Bandar Lampung, Ahad (8/1/2023).

Sejak penangkapan rektor Karomani dan para pejabat itu para elite Unila hanya bersikap defensif dan tidak menyatakan kecaman keras. "Tidak terdengar pula upaya perbaikan sistem secara menyeluruh," ujar Edy Karizal.

AUB menyatakan, rektor Lusmeilia memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki keadaan tersebut. Salah satu caranya dengan bersikap profesional dalam menggunakan otoritas, ketika memilih pembantu-pembantunya.

Lusmeilia perlu mengundang masukan, asesmen, judgement, dan penilaian dari lembaga eksternal seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), TNI, Polri, BIN, Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT), Badan Narkotika Nasional (BNN), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memastikan proses rekrutmen pejabat Unila berjalan baik.

Selain itu, masukan publik juga perlu didengar. Karena itu, proses pemilihan pejabat Unila harus dilakukan secara transparan. Edy Karizal mengingatkan, Lusmeilia jangan terjebak "office politics" dalam pemilihan para pembantunya. Apalagi jika ada aroma uang dan suap dalam tarik-menarik itu.

"Jangan takut pada tekanan politik dari mereka yang merasa punya kuasa di kampus. Buka semua ke publik, biar semua tahu siapa yang main-main politik. Kalau terbuka begitu, civitas akademika Unila pasti akan membantu," ujar Edy.

Akhir Desember 2022, Lusmeilia Afriani terpilih menjadi rektor pertama wanita Unila setelah meraih dukungan terbanyak pada Pemilihan Rektor Unila 2022, menyusul keluarnya suara dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Rabu (28/12) lalu. Lusmeilia  adalah kuda hitam yang mendapat dukungan Kementerian dan mampu mengungguli dua kandidat kuat, Suharso dan Asep Sukohar, yang tadinya unggul dalam pemilihan tahap pertama di level senat universitas. Asep dan Suharso disebut-sebut punya kaitan kuat dengan kasus Karomani.

Pemilihan rektor itu sendiri  dilakukan menyusul tertangkapnya rektor Unila, Karomani, oleh KPK dalam operasi tangkap tangan (OTT), di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/8/2022) dini hari. Selain Karomani, empat orang lainnya juga diringkus dalam operasi yang dijalankan di Bandung dan Bandar Lampung tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement