Sabtu 07 Jan 2023 07:09 WIB

Jawa Tengah Siapkan Diversifikasi Pangan Antisipasi Krisis

Strategi diversifikasi pangan dilakukan dengan membudayakan pangan lokal.

Produsen mi menjemur hasil cetakan mi mokaf di Omah Mocaf Hends, Singkil, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (14/12/2020). Produksi mi yang terbuat dari bahan dasar tepung singkong tersebut memiliki kandungan beta karoten dengan tiga varian produksi yaitu mi mokaf original, brokoli dan wortel yang dijual dari harga Rp12.500 hingga Rp14.000 per bungkus. Jawa Tengah Siapkan Diversifikasi Pangan Antisipasi Krisis
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Produsen mi menjemur hasil cetakan mi mokaf di Omah Mocaf Hends, Singkil, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (14/12/2020). Produksi mi yang terbuat dari bahan dasar tepung singkong tersebut memiliki kandungan beta karoten dengan tiga varian produksi yaitu mi mokaf original, brokoli dan wortel yang dijual dari harga Rp12.500 hingga Rp14.000 per bungkus. Jawa Tengah Siapkan Diversifikasi Pangan Antisipasi Krisis

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyiapkan diversifikasi pangan sebagai upaya menghadapi potensi krisis pangan akibat resesi global 2023.

"Upaya diversifikasi pangan dengan menyiapkan pangan lokal sebagai cadangan pangan daerah. Pangan lokal yang dimaksud di antaranya mi mokaf (tepung singkong), beras jagung, dan beras singkong," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah Dyah Lukisari, Jumat (6/1/2023).

Baca Juga

Selain itu, Pemprov Jateng juga mengembangkan varietas kedelai Kabupaten Grobogan, menanam di pekarangan rumah hingga penggunaan pupuk organik. Menurut dia, langkah penganekaragaman pangan di Jateng sudah dimulai sejak lama, namun perlu langkah kreatif untuk menjadikan pangan lokal sebagai raja di daerah sendiri.

Ia menjelaskan strategi diversifikasi pangan dilakukan dengan membudayakan pangan lokal kepada masyarakat agar pola pikir warga tidak mengacu pada satu komoditas seperti beras. Berangkat dari pola pikir tersebut, sejak 2022, Dishanpan Jateng menganggarkan Rp100 juta untuk pembelian pangan alternatif sebagai cadangan pangan, berdampingan dengan komoditas cadangan pangan utama yakni beras.

"Cadangan pangan kami di anggaran perubahan 2022 kami tambah mi mokaf, beras jagung, dan beras singkong. Anggarannya masih kecil memang kalau dibanding beras yang mencapai Rp 1,5 miliar, untuk pangan alternatif sekitar Rp 100 juta," ujarnya.

Dyah mengungkapkan, saat ini di gudang pangan Pemprov Jateng tersedia sekitar 250 ton gabah atau setara 180 ton beras. Sedangkan untuk cadangan pangan alternatif seperti mi mokaf masih relatif kecil.

"Pada musim paceklik melaut seperti saat ini, Pj Bupati Jepara serta Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan minta cadangan pangan kami yang akan dibagikan pada nelayan. Selain beras juga akan menambah mi mokaf," katanya.

Pihaknya juga merancang agar konsumen mengenal dan mengetahui penganekaragaman pangan dengan tujuan mengenalkan panganan bahan lokal kepada para siswa sekolah dan dilakukan pada tempat-tempat wisata serta stasiun. Selain dikenal sebagai produsen beras penyangga kebutuhan nasional, Jateng juga kaya akan potensi pangan alternatif.

Berdasarkan data Distanbun Jateng, produksi pangan alternatif di Jateng berlimpah seperti ubi kayu yang produksinya mencapai 2.288.971 ton di September 2022, ubi jalar 114.415 ton, kacang tanah 58.423 ton, dan kacang hijau 24.590 ton. Kemudian, untuk produksi jagung, hingga September 2022 mencapai 3.047.712 ton dan produksi kedelai hingga bulan yang sama baru mencapai 47.246 ton.

Adapula tanaman sorgum, yang tahun ini ditanam di lahan seluas 120 hektare, di Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo dan Cilacap dengan prooduktivitas yang juga tinggi yakni mencapai sekitar 1.000 ton.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement