REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Kepala Karantina Pertanian Banjarmasin Nur Hartanto mengatakan nilai ekspor komoditas pertanian Kalimantan Selatan (Kalsel) mencapai Rp 7,03 triliun di tahun 2022. Ini tercatat berdasarkan sistem otomasi perkarantinaan (IQfast) Karantina Pertanian Banjarmasin.
"Sub sektor perkebunan sawit dan turunannya mendominasi lebih dari 86 persen dalam hal kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar ekspor di Kalsel," kata dia di Banjarmasin, Kamis (5/1/2023) lalu.
Dia merinci untuk nilai ekspor produk sawit dan turunannya sebanyak 498 ribu ton dengan nilai Rp 6,2 triliun. Sedangkan dari sub sektor komoditas hewan didominasi oleh sarang burung walet sebanyak 1,5 ton dengan nilai Rp 25,2 miliar.
"Kami telah melakukan sertifikasi kegiatan ekspor komoditas pertanian sebanyak 650 kali dengan total volume hingga 539 ribu ton," jelas dia.
Hartanto menyebut untuk menjaga kualitas pihaknya senantiasa memastikan kondisi produk sawit dan sarang burung walet sesuai dengan permintaan negara tujuan dan telah melalui serangkaian tindakan karantina.
Meliputi pemeriksaan dokumen dan fisik, pengawasan fumigasi, serta pemeriksaan alat angkut untuk menghindari adanya hama penyakit yang dapat mengurangi kualitas produk ekspor. "Sinergi dan kolaborasi yang sangat baik antar semua pihak sehingga pelaksanaan ekspor di Kalimantan Selatan terus meningkat," jelasnya.
Bahkan di tahun 2022 pula negara tujuan ekspor pertanian Kalsel bertambah yaitu Turki, Filipina dan Mesir. Ketiga negara ini permintaan produk sawit cukup tinggi karena kebutuhan terhadap bahan baku energi sumber terbarukan yang ramah lingkungan, dan cangkang sawit asal Kalsel telah memenuhi kualitas bahan baku yang dibutuhkan.
Sebelumnya diketahui komoditas unggulan produk sawit dan sarang burung walet Kalsel telah dikirim ke Hong Kong, Tiongkok, India, Singapura dan Vietnam.