Selasa 03 Jan 2023 08:29 WIB

Post Truth, Perang Algoritma: Menyelamatkan Eksistensi Pers sebagai Pilar Demokrasi

Menyelamatkan Eksistensi Pers sebagai Pilar Demokrasi

Post truth (ilustrasi)

Menyelamatkan Misi Mulia Pers

Pers menjadi tiang penyangga keempat demokrasi. Pers mengorganisasikan kerja jurnalistik dalam memproduksi dan memediakan pengetahuan. Itu sebabnya, ia dilahirkan tidak hanya “to inform” atau bahkan “to entertain”, tapi juga “to educate”. Misi mulia itu yang membuat eksistensinya penting untuk menjaga kewarasan, memastikan check and balance terpenuhi.

McQuail bahkan menyebut media sebagai signposts yang artinya ditempatkan mampu menjadi pemandu, memberi petunjuk dan arah. Media menjadi ruang dialogis yang memfasilitasi interaksi dan umpan balik dari publik. Jika ada keresahan atau ketidakpuasan terhadap keputusan politik, media sudah sewajarnya tampil terdepan menyalurkan aspirasi dan kritik. Di situlah misi mulia media itu dijalankan tak hanya sekedar bahasa normatif, namun menjadi laku aplikatif.

Dalam madzab Frankfurt, media diproyeksikan sebagai alat pembentuk budaya. Media bertanggung jawab tak hanya memproduksi wacana, tapi menjaga kesinambungan kultural. Dalam konteks budaya itulah media mewadahi keberagaman dan tentunya tak mengkooptasi heterogentitas atau distinctiveness(keberbedaan). 

Di tahun-tahun politik, misi mulia pers akan dipertaruhkan. Apakah media tetap konsisten menjaga misi mulia atau justru putar balik tunduk pada imperatif kekuasaan. Jika menggunakan bahasa Kyai Ma’ruf Amin, misi penyelamatan media perlu dilakukan untuk mengantisipasi berbagai tantangan ke depan, tak hanya agar selamat dari sakaratul maut, tapi mengembalikan misi suci media agar mencapai hayatan thayyibah.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement