REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Pangandaran mencatat okupansi hotel selama momen Natal dan tahun baru (Nataru) di luar ekspetasi. Wisatawan yang menginap di hotel mengalami penurunan signifikan dibandingkan momen Nataru sebelumnya.
Ketua Badan Pimpinan Cabang PHRI Kabupaten Pangandaran, Agus Mulyana, mengatakan, berdasarkan pendataan hingga 31 Desember 2022 pukul 21.00 WIB, okupansi hotel di kawasan Pantai Pangandaran hanya sekitar 43,5 persen. Sementara itu, okupansi hotel di seluruh wilayah Kabupaten Pangandaran hanya sekitar 23,05 persen.
"Di luar ekspetasi. Mungkin karena bencana, dan hoaks luar biasa," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Senin (2/1/2023).
Ia mengungkapkan, kunjungan wisatawan ke Pangandaran pada momen Nataru kali ini memang telah diprediksi menurun. Namun, angka penurunanya semula diperkirakan tak akan terlalu signifikan.
Apalagi, Agus menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat (Jabar) untuk memastikan bahwa Kabupaten Pangandaran aman dari bencana. Pejabat dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah datang langsung ke Pantai Pangandaran untuk memastikan kondisi laut aman.
Namun, menurut dia, pola pikir masyarakat susah berubah. Apalagi, BMKG sejak awal juga minta wisatawan waspada ke laut. Alhasil, banyak orang yang hendak berwisata takut ke Pangandaran dan memilih ke tempat wisata lain, seperti Yogyakarta.
"Kita awalnya sudah prediksi ini tak penuh, minimal 70 persen mah. Tapi ini jomplang. Tahun lalu mah hampir 100 persen okupansi, bahkan rumah penduduk juga banyak yang disewa," kata Agus.
Ihwal sepinya kunjungan wisatawan, PHRI mengkritisi Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kabupaten Pangandaran, yang dinilai lamban bergerak melakukan klarifikasi ketika muncul hoaks. Akibatnya, hoaks makin merajalela.
"Saya kritisi Kominfo sebagai ujung tombak, mereka kurang gerak. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga harus lebih meningkatkan promosi," kata Agus.