REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyerahkan peta potensi bahaya tsunami yang diakibatkan gempa bumi di wilayah pesisir selatan daerah tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Kami baru saja kami menerima peta bahaya tsunami oleh BMKG, yang ini nanti akan kita rilis terutama ke masyarakat Bantul," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih di sela mendengarkan paparan dan penyerahan peta bahaya tsunami Bantul dari BMKG di Bantul, Kamis (29/12/2022).
Menurut dia, peta bahaya tsunami yang dikembangkan BMKG tersebut akan segera disampaikan kepada masyarakat terutama yang berdasarkan pemetaan berada pada kawasan yang paling terkena dampak gelombang laut ketika gempa bumi terjadi. "Agar masyarakat mengetahui potensi sejauh mana tsunami itu akan mencapai pada daratan yang terjauh. Nanti akan kita rilis agar masyarakat yang berada pada posisi itu bisa memiliki kesiapsiagaan," jelasnya.
Abdul Halim mengatakan paparan dari BMKG tentang potensi tsunami di laut selatan DIY ini penting dilakukan karena Bantul adalah kabupaten yang pernah mengalami gempa bumi. Bahkan Batul mempunyai potensi gempa yang bisa berdampak gelombang tsunami.
"Jadi, bagaimana kemungkinan gempa bumi dan lalu menghasilkan tsunami baik dalam beberapa hari maupun beberapa tahun terakhir ke depan ini perkiraan bagaimana?," katanya.
Kepala Stasiun Geofisika Yogyakarta Setyo Aji Prayudi dalam paparannya mengatakan provinsi DIY khususnya Kabupaten Bantul merupakan daerah gempa, karena secara historis dan juga berdasarkan data maupun pengamatan sering terjadi gempa di wilayah tersebut. "Sehingga kita melakukan langkah-langkah memitigasi bagaimana meminimalkan dampak akibat gempa bumi. Karena itu kami BMKG membuat kajian yang berbentuk peta tsunami berdasarkan skenario terburuk," kata Setyo.
Menurut dia, tsunami diawali dengan gempa bumi besar. Seperti diketahui bahwa pesisir selatan terdapat subduksi yang menyimpan potensi gempa bumi yang diperkirakan bisa memicu sampai kekuatan 8,8 magnitudo. "Oleh karena itu kita coba melakukan permodelan dengan peta, sehingga kita bisa dapatkan kira-kira kapan waktu kedatangan gelombang tsunami, ketinggian gelombang dan jarak, harapannya informasi tersebut bisa dimanfaatkan untuk mitigasi bencana," ungkapnya.