REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) medukung kolaborasi pemanfaatan teknologi untuk stabilisasi stok dan harga pangan yang dilakukan pelaku usaha. Hal tersebut disampaikan Kepala NFA Arief Prasetyo Adi saat menyaksikan Penandatanganan Kerja Sama Pengelolaan Cold Storage antara PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) dan Perumda Dharma (PD) Jaya, Kamis (22/12/2022), di Jakarta.
Arief mengatakan kolaborasi pemanfaatan cold storage dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan daging sehingga menjaga pasokan. “Kerja sama pemanfaatan teknologi untuk memperpanjang masa simpan ini dapat meningkatkan cadangan daging, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Hal ini sangat penting mengingat Jakarta merupakan barometer pengendalian harga nasional. Apabila pangan di Jakarta aman, maka secara nasional juga terjaga,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya mengapresiasi langkah PD Dharma Jaya dan PT JIEP atas inisiasi kerja sama pemanfaatan cold storage ini. Menurutnya ini merupakan satu langkah strategis dalam memastikan ketersediaan daging di Jakarta dan sekitarnya.
Ia mendukung model kerja sama ini dapat dilakukan pelaku usaha lainnya, baik antara BUMN dengan BUMN, maupun antar-BUMN atau BUMN dengan swasta. “Urgensinya adalah meningkatkan kapasitas penyimpanan sehingga daging bisa disimpan dalam waktu yang lebih lama dengan kualitas yang tetap baik. Diharapkan kolaboratif semacam ini dapat direplikasi oleh BUMD dan BUMN di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Arief, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pangan khususnya penyediaan daging, PD Dharma Jaya memiliki peran yang sangat strategis dalam menyediakan akses sumber protein hewani bagi masyarakat. BUMD milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta ini merupakan ujung tombak penyediaan daging bagi kurang lebih 1,1 juta masyarakat peserta program Kartu Jakarta Pintar (KJP) plus yang dijalankan Pemprov DKI Jakarta. Dalam sebulan untuk pemenuhan KJP kurang lebih Dharma Jaya menyediakan 1.000 ton daging.
Saat ini, Dharma Jaya memiliki 16 cold storage dengan kapasitas masing-masing antara 25-30 ton dan tengah menyiapkan 3 cold storage baru dengan total kapasitas 90 ton. Ditargetkan fasilitas ini bisa digunakan di awal tahun 2023. “Dharma Jaya ini merupakan andalan di DKI Jakarta. Peningkatan kapasitas cold storage untuk meningkatkan stok daging beku sangat dibutuhkan agar management stock kebutuhan protein hewani ibu kota lebih terjaga,” ucapnya.
Kerja sama pemanfaatan dan pengembangan teknologi pangan ini juga merupakan salah satu concern Badan Pangan Nasional. Menurutnya, upaya stabilisasi stok dan harga pangan dapat berjalan efektif apabila dilakukan dengan memperkuat teknologi, terutama teknologi untuk memperpanjang masa simpan pangan yang mudah rusak atau perishable.
“Memiliki teknologi penyimpanan untuk memperpanjang masa simpan produk itu adalah hal yang mendasar dan jadi keharusan. Saat ini, NFA telah menyalurkan sebanyak 18 sarana pangan seperti reefer container, cold storage, air blast freezer, dan heat pump drier. Fasilitas tersebut ditempatkan di sentra produksi yang tersebar di delapan provinsi,” terangnya.
Sarana tersebut dialokasikan untuk dikelola Pemda, BUMN, BUMD, serta koperasi yang ada di sentra-sentra produksi pangan. Dengan adanya fasilitas untuk memperpanjang masa simpan tersebut diharapkan daerah dapat menyimpan stok komoditas pangan saat musim panen, sehingga tidak akan terjadi kelangkaan saat panen usai. Menurut Arief, dukungan NFA terhadap pengembangan teknologi di sektor pangan ini sejalan dengan arahan Presiden RI yang mengatakan agar produksi pangan dalam negeri dapat terus ditingkatkan sebagai antisipasi menghadapi potensi krisis pangan global.
Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Keuangan DKI Jakarta Sri Haryati mengatakan sinergi ini betul-betul bisa menangkap apa yang menjadi kebutuhan di Jakarta. Ia berharap NFA bisa terus menjembatani kolaborasi penguatan pangan lainnya, tidak hanya antar BUMND tetapi juga dengan beberapa BUMN lainnya.
Ia mengatakan butuh dukungan banyak pihak sehingga Jakarta bisa stabil menopang pertumbuhan nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta berkontribusi 27 persen terhadap inflasi secara nasional.
“Salah satu intervensi yang bisa kita lakukan untuk membantu nasional dalam pengendalian inflasi dan menjaga kestabilan harga salah satunya melalui kegiatan ini,” ujarnya.
Direktur Utama JIEP Landi R. Mangaweang menyebut kerja sama ini dilandasi semangat menjaga ketahanan pangan. JIEP siap untuk medukung langkah strategis pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengendalikan inflasi melalui penguatan stok pangan. Ia melihat masih banyak peluang yang bisa dikerjasamakan dengan para pelaku usaha pangan lainnya.