REPUBLIKA.CO.ID, GARUT - Sebanyak 69 rumah warga dilaporkan rusak seperti retak-retak dan pondasi bangunan miring dampak adanya pergerakan tanah yang melanda pemukiman warga di Desa Pancasura, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
"Ada rumah yang terdampak pergerakan tanah di Desa Pancasura pada beberapa bulan ke belakang hingga sekarang ada 69 rumah," kata Kepala Desa Pancasura, Tohibin, membenarkan adanya dampak pergerakan tanah kepada wartawan di Garut, Selasa (20/12/2022).
Ia menuturkan pergerakan tanah di Desa Pancasura sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu yang pelan-pelan merusak rumah warga tersebar di beberapa kampung. Semula, kata dia, kerusakan rumah warga di kawasan pergerakan tanah menimpa 53 rumah. Kemudian dilaporkan saat ini bertambah menjadi 69 rumah.
Tohibin menyebut rumah warga yang baru dilaporkan terdampak pergerakan tanah yakni di Kampung Lebakmenak sebanyak tiga rumah, Kampung Gunung Batu sebanyak dua rumah, Kampung Ciarakoneng sebanyak tujuh rumah, dan Kampung Ciagra empat rumah. "Yang dilaporkan baru sebanyak 16 rumah, jadi total keseluruhan sampai akhir tahun ini 69 rumah," katanya.
Tingkat kerusakan rumah dampak pergerakan tanah seperti muncul retak pada dinding tembok rumah permanen. Sedangkan pada rumah semi permanen posisi bangunannya menjadi miring.
Selain merusak rumah, ada juga jalan desa maupun jalan lingkungan yang berada di area daerah aliran sungai terjadi retakan, ada juga yang ambles. "Jalan desa sepanjang 11 kilometer mengalami retakan dan ambles, jalan lingkungan di Kampung Ciarakoneng sepanjang empat kilometer sampai putus, sedangkan lahan persawahan warga seluas 30 hektare," jelas Tohibin.
Terkait upaya pemerintah daerah dalam menanggulangi daerah yang terdampak pergerakan tanah tersebut, kata Tohibin, sudah dilakukan dengan menerjunkan tim survei mitigasi bencana ke Desa Pancasura. Selain itu, pemerintah daerah juga sudah memberikan bantuan berupa sembako dan bahan material bangunan berupa semen. Diharapkan ada bantuan lagi karena sebelumnya tidak cukup.
Tohibin menuturkan pemerintah juga telah mengimbau masyarakat untuk bersedia direlokasi ke tempat yang dinilai aman dari bencana pergerakan tanah. Namun masyarakat masih ada yang keberatan dengan alasan lokasinya jauh dari tempat tinggal semula.
"Mereka sampai saat ini masih keberatan untuk dipindahkan dengan alasan tempat yang akan dijadikan untuk relokasi jauh dari lokasi semula," katanya.
Seorang warga Kampung Pancasura, Yuyun, mengatakan rumahnya saat ini sudah miring karena tanah di sekitar rumah sudah ambles. Meski begitu tetap ditempati karena tidak ada lagi tempat tinggal. "Masih ditempati, memang takut roboh, tapi mau bagaimana lagi karena tidak ada tempat tinggal lagi," ujarnya.