Selasa 13 Dec 2022 13:16 WIB

Pemerintah tak akan Batasi Pergerakan Massa Saat Libur Nataru

Pergerakan massa pada libur Nataru tahun ini diperkirakan sebesar 44,1 juta orang.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andri Saubani
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan. Budi mengatakan, bahwa pemerintah tidak akan membatasi pergerakan massa pada masa libur nataru tahun ini. (ilustrasi)
Foto:

Sebelumnya, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengingatkan adanya mitigasi Covid-19 di Indonesia menjelang libur Natal dan Tahun Baru (nataru) pada akhir Desember 2022 nanti. Tak adanya mitigasi selama liburan nataru bisa memunculkan risiko tinggi penularan Covid-19.

"Kalau saat Natal, Tahun Baru kita tidak melakukan mitigasi, di antaranya memastikan bahwa orang yang beraktivitas sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis penguat (booster) maka ini yang akan berisiko," ujar Dicky saat dihubungi Republika, Jumat (9/12/2022).

Dicky mengingatkan, Indonesia bisa berkontribusi pada perburukan situasi pandemi dengan melahirkan subvarian super yang melebihi dari varian dan subvarian yang ada saat ini. Terkait ditemukannya puluhan subvarian baru Omicron BN.1, ia menjelaskan kasusnya ditemukan di Jakarta dan ini tidak aneh.

Sebab, Jakarta adalah barometer kemampuan dalam mendeteksi kasus surveillans genomik di atas daerah lainnya. Artinya, Dicky mengingatkan ini bukan berarti yang terjadi di Jakarta tidak terjadi di daerah lain. 

"Sangat mungkin kalau terjadi di daerah lain. Tetapi ini kan berbicara deteksi," ujarnya.

Untuk mengatasi masalah ini menjelang nataru, Dicky merekomendasikan peningkatan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Menurutnya, PPKM level 2 sudah cukup. Tak hanya itu, ia menyarankan adanya upaya meningkatkan modal imunitas dengan pemberian booster, terutama pada orang yang beraktivitas.

Menurutnya, ini penting untuk dilakukan. Terkait kemampuan vaksin Covid-19 saat ini, ia mengakui tetap efektif apapun subvariannya saat ini, termasuk BN.1. 

"Namun, kita tidak tahu kalau nanti lahir subvarian baru atau varian baru yang lebih super untuk menurunkan efektivitas vaksin. Itu tentu merepotkan dan jadi musibah," katanya.

Sebelumnya, mutasi virus corona penyebab Covid-19 terus berlangsung. Belum selesai subvarian XBB yang disebut menular cepat, kini muncul lagi subvarian Omicron BN.1.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes sedang mengamati pola subvarian Omicron terbaru tersebut. Apalagi, sebentar lagi ada perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.

"Di Indonesia, sudah terdapat 20 kasus BN.1 dengan kasus pertama dilaporkan dari Kepulauan Riau dengan tanggal ambil (sampel) 16 September 2022," ujar Nadia di Jakarta, Kamis (8/12/2022). 

 

 
 
photo
Kasus subvarian BN. 1 - (Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement