Jumat 09 Dec 2022 19:21 WIB

Pakar tidak Menemukan Apokaliptik pada Kasus Satu Keluarga Tewas di Kalideres

Para korban adalah orang normal yang melakukan ritual seperti kebanyakan orang.

Rep: Ali Mansur/ Red: Ilham Tirta
Polisi membuka garis polisi pada TKP penemuan empat jasad di Perumahan Citra Grand Extension, Kalideres, Jakarta, Rabu (16/11/2022). Tim gabungan dari Inafis Polri, Puslabfor Bareskrim Polri, Dokter Forensik, Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Barat melakukan olah TKP untuk menyelidiki kasus penemuan empat jasad yang tewas mengenaskan. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Polisi membuka garis polisi pada TKP penemuan empat jasad di Perumahan Citra Grand Extension, Kalideres, Jakarta, Rabu (16/11/2022). Tim gabungan dari Inafis Polri, Puslabfor Bareskrim Polri, Dokter Forensik, Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Barat melakukan olah TKP untuk menyelidiki kasus penemuan empat jasad yang tewas mengenaskan. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Sosiologi Agama, Jamhari memastikan satu keluarga yang ditemukan tewas di Kompleks Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat tidak menganut paham apokaliptik. Duhaan paham itu mengemukan setelah ditemukan beberapa buku lintas agama yang sudah dibaca, sedang dibaca atau sedang diteliti oleh keluarga tersebut.

“Berdasarkan penelurusan kami terhadap barang bukti, tidak ditemukan perilaku atau paham apokaliptik,” kata Jamhari saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (9/12/2022).

Baca Juga

Menurut Jamhari, buku yang ditemukan dari keluarga tersebut tentang agama Kristen, agama Islam, dan agama Budha. Namun setelah dilihat dan dibaca, sejumlah buku itu tidak ada yang aneh. Sebab, buku-buku itu bisa dibeli di toko buku manapun.

“Jadi ini saya kira bukan menunjukan bahwa mereka sedang mengkaji suatu pemahaman sekte tertentu atau keagamaan tertentu,” kata Jamhari.

Dia juga tidak menemukan keanehan terkait rajah, mantra atau juga selembar kertas yang tertulis beberapa kalimat ayat-ayat Alquran disertai dengan minuman jeruk nipis.  Menurut dia, hal itu sebagai ramuan obat yang disertai doa untuk penyembuhan keluarga tersebut. Setelah dilihat, kata Jamhari, rajah dan tulisan yang ada hampir semuanya karakternya adalah bahasa Arab.

“Juga ada satu ayat Alquran yang diambil dari surat Yusuf yang biasanya ini dipakai untuk memperlancar jodoh, mencari supaya mendapat kharisma, aura supaya memperlancarkan jodoh,” kata Jamhari.

Kemudian, ada ayat yang tertulis dalam kertas yang biasa digunakan untuk mencari kesejahteraan maupun kekuatan batin dalam mengarungi hidup. Kemungkinan hal ini berkesesuaian dengan yang ditemukan oleh pakar psikologi, yaitu salah satu korban bernama Budyanto diduga memiliki kecenderungan klenik dan perdukunan sejak mahasiswa.

“Ritual yang dilakukan keluarga itu juga sebetulnya bukan aneh. Karena orang di luar sekte pun atau biasa pun juga melakukan ritual seperti yang dilakukan oleh keluarga ini, misalnya tadi menggunakan ayat Yusuf untuk mencari jodoh dan seterusnya, juga dilakukan kebanyakan orang,” kata Jamhari.

Menurut Jamhari, berdasarkan barang bukti yang ditemukan di lokasi, mereka adalah orang-orang normal yang mungkin saja melakukan ritual keagamaan. Hal itu dilakukan untuk mendapat kesembuhan bagi yang sedang sakit atau juga untuk membantu masalah yang sedang dihadapi.

“Kesimpulan saya mereka bukan penganut sekte, apalagi apokaliptik, mereka orang normal yang bisa meninggal secara wajar karena penyakit dan lainnya,” kata Jamhari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement