Kamis 08 Dec 2022 17:53 WIB

Sebanyak 20 Kasus Subvarian Omicron BN.1 Terdeteksi di Indonesia

Kemenkes masih mengamati pola penularan subvarian omicron terbaru tersebut.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ilham Tirta
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi
Foto: Dok Kemenkes
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mutasi virus corona penyebab Covid-19 terus berlangsung. Belum selesai subvarian XBB yang disebut menular cepat, kini muncul lagi subvarian Omicron BN1.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes sedang mengamati pola subvarian omicron terbaru tersebut. Apalagi, sebentar lagi ada perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.

Baca Juga

"Di Indonesia, sudah terdapat 20 kasus BN1 dengan kasus pertama dilaporkan dari Kepulauan Riau dengan tanggal ambil (sampel) 16 September 2022," ujar Nadia di Jakarta, Kamis (8/12/2022).

Sebanyak 20 kasus yang terkonfirmasi tersebut tersebar di enam Provinsi. Sebanyak 9 kasus di DKI Jakarta, 5 kasus di Jawa Tengah, 3 kasus di Kepulauan Riau, dan masing-masing 1 kasus di Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Subvarian BN1 telah menjadi pembicaraan dalam beberapa hari terakhir.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat juga terus mengantisipasi kemunculan subvarian baru dari Covid-19 Omicron tersebut karena menyumbang empat persen kasus infeksi di negaranya. Selain AS, omicron BN1 juga terdeteksi di lebih 30 negara lainnya, termasuk Australia, Inggris, India, hingga Austria.

"Kami sedang monitor varian baru yang sekarang ini, termasuk BN1, sebab di beberapa negara juga sudah dilaporkan, tapi dia belum mengalami tren peningkatan kasus," ujar Nadia.

Pada umumnya varian baru akan bertahan rata-rata selama tiga bulan. Ketika sudah melalui masa puncak, maka kasus akan melandai.

Adapun upaya yang dilakukan untuk pencegahan adalah meningkatkan upaya survailens untuk melacak kasus BN1 melalui pemeriksaan genomik dari pasien yang terpapar SARS-CoV-2 untuk melihat pola spesifik dari varian baru tersebut. Namun, Nadia belum mengetahui secara rinci berapa jumlah kasus subvarian BN1 yang sudah masuk di Indonesia.

"Untuk jumlah kasus BN1, saya masih belum tahun persisnya berapa kasus di Indonesia. Tapi yang pasti, kasus itu sudah ditemukan di Indonesia," katanya.

Sekedar informasi, untuk gejala Covid-19 subvarian BN1 sebenarnya tak berbeda dengan yang disebabkan oleh subvarian omicron lainnya. Artinya, subvarian ini umumnya memicu gejala ringan-sedang.

Beberapa gejala yang bisa dialami pasien saat terpapar subvarian ini adalah sakit tenggorokan, batuk, kelelahan, pilek, sakit kepala, kemudian nyeri otot. Adapun gejala yang biasa dialami adalah seperti flu demam, mulai dari hidung tersumbat hingga pilek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement