REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban jiwa akibat gempa Cianjur, Jawa Barat, 21 November 2022 lalu kebanyakan adalah anak-anak dan perempuan. Gempa yang terjadi di siang hari saat sekolah masih berlangsung membuat banyak anak menjadi korban jiwa.
"Gempa Cianjur memberikan pelajaran bahwa distribusi dari total korban jiwa sebanyak 334 jiwa, sebanyak 21 persennya adalah balita dibawah lima tahun. Kemudian anak usia enam sampai 16 tahun sebanyak 23 persen. Jadi kalau digabung, korban anak usia di bawah 16 tahun sebanyak 44 persen alias hampir setengahnya," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari saat konferensi virtual, Senin (5/12/2022).
Ia menjelaskan, Gempa Cianjur terjadi saat siang hari pukul 13.21 WIB dan ketika kegiatan belajar mengajar di sekolah masih berlangsung. Muhari menambahkan, kekuatan gedung sekolah atau bangunan madrasah yang tidak bisa dijamin maka peluang jatuhnya korban cukup besar. Tak hanya itu, BNPB juga mencatat ibu-ibu juga ada di rumah juga lebih banyak menjadi korban jiwa dibandingkan laki-laki.
Ia menambahkan, mungkin perempuan butuh waktu dan melihat anak. Ini yang mengakibatkan para kaum hawa meninggal dunia akibat gempa. Muhari meminta kejadian ini perlu jadi perhatian untuk meminimalisasi potensi akibat gempa yang merupakan kejadian yang pasti berulang.
"Karena Indonesia adalah negara rawan gempa. Sehingga, kita harus menggali lebih baik ketika terjadi gempa di masa depan," katanya.
Lebih lanjut BNPB mencatat sebanyak 334 jiwa meninggal dunia akibat Gempa Cianjur hingga per Senin (5/12/2022). Tak hanya itu, ia menambahkan bahwa korban hilang juga masih dicari. BNPB juga masih menunggu dan berharap ada korban yang ditemukan sehingga semakin sedikit jumlah korban yang hilang.
"Karena ini sudah masuk hari kedua perpanjangan ketiga pencarian korban hilang. Besok sudah berakhir perpanjangan ketiga selama tiga hari," ujarnya.
Tak hanya itu, BNPB juga mencatat korban yang masih dirawat di rumah sakit sebanyak 49 orang. BNPB juga mencatat masih ada 114 pengungsi dan ini menjadi perhatian presiden Joko Widodo.
"Presiden meninjau untuk memantau proses rekonstruksi kembali rumah warga terdampak yang bisa dilakukan," katanya.
Ia menambahkan, BNPB juga terus melakukan penghitungan data validasi kerusakan rumah. Tak hanya rumah, tercatat sebanyak 525 fasilitas pendidikan juga mengalami kerusakan, kemudian 14 fasilitas kesehatan juga rusak.
"Ini menjadi konsentrasi BNPB supaya tidak hanya rumah penduduk melainkan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang masih perlu ditingkatkan kekuatannya dalam menghadapi gempa," ujarnya.
Baca juga : Dipakai Relokasi, TPSA Pasirsembung di Cianjur Dipindah